Jumat, 02 November 2012

kangen ibu dan mamah

Kuliah adalah tempat seseorang untuk menuntaskan cita-citanya. Dan juga mungkin tempat di mana kita akan mengenal sebuah dunia baru. Dunia ini begitu luas, sampai-sampai kita tak sadar bahwa dunia itu sedikit demi sedikit mempengaruhi kita. Kita tak heran banyak orang-orang yang pergi kuliah pulang ke kampung halamannya sudah berubah drastis. Dari mereka yang sifatnya lugu menjadi sok gaul, dari mereka yang sifatnya jelek bisa jadi pulang menjadi orang yang alim banget. Inilah yang terjadi padaku, sebuah pengalaman yang entah aku harus menyebutnya apa. Namaku Gun, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa fakultas Tehnik di kampus X, salah satu PTS terkenal di kota Y.

Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung halaman. Dan perasaan itu pun masih ada sampai sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang hanya setahun sekali. Selain mengikuti organisasi kampus dan banyak ekstrakulikuler, aku juga dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat. Namun pada semester kelima ini, aku mau mengambil cuti untuk beberapa waktu. Kabar tak enak datang dari kampung halaman. Baru saja keluargaku di kampung halaman mendapatkan musibah, sebuah kecelakaan. Ayah meninggal dan ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik saja. Mulai dari sinilah kehidupanku berubah.

Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai kuliahku pergi. Sehingga dari sini, aku harus membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda dulu. Aku mengajukan cuti satu semester. Waktu cuti itu aku manfaatkan untuk membanting tulang. Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku. Sebab kalau aku mengandalkannya, aku tak bisa membiayai semua keperluan kami. Dan syukurlah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, walaupun berbekal kemampuanku di bidang analisis data, aku mendapatkan gaji yang cukup.

Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik sebenarnya. Usianya baru 38 tahun. Ia menikah muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih waktu masih remaja aku beronani membayangkan ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung lama, hanya beberapa saat saja. Dan adikku masih sekolah SMP, namanya Arin. Seorang gadis periang, cantik dan imut. Banyak cowok2 yang tergila-gila pada adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa…masih takut-takut.

Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari komanya. Mulanya ia tak ingat apa-apa, namun setelah tiga hari berada di rumah, ia pun ingat. Tapi karena kondisinya yang masih lemah, ia pun tak bisa berbuat banyak. Aku dan Arin gantian menjaganya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia mengingatkanku pada ayah. Aku tahu ia sangat shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Aku dan Arin terus berusaha menghiburnya, sampai ia benar-benar sehat.


Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit istimewa, karena teman-teman kuliahku mau mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami sempatkan sejenak untuk berkumpul. Mereka semua ikut berbela sungkawa terhadap keadaanku sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba menghiburku, ada-ada saja ulah mereka, yaitu memberiku kaset bokep, dan majalah2 hardcore. Kata mereka, “Ini buat menghibur loe sobat, biar nggak berduka terus”. Sialan. Tapi nggak apa-apalah, soalnya juga sudah lama aku nggak nonton yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari kejadian selanjutnya.

Aku pulang dan aku lihat adikku sedang belajar di kamarnya. Ibuku sudah bisa sedikit berjalan, walau masih berpegangan pada apapun yang ada di dekatnya.

“Kau sudah pulang Gun?”, tanyanya.

“Iya bu”, kataku.

“Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu beli sesuatu”, kata ibuku.

“iya”, kataku singkat.

Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di kamar. Aku pun mulai menonton bokep dan majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh aja aku melakukan hal ini, tapi rupanya sedikit bisa menghiburku. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku berada di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan menontoni tubuh para wanita itu. Aku keluar kamar dengan maksud hati untuk makan apa pun yang ada di meja makan.

Ketika keluar dari kamar, aku melewati kamar ibuku. Astaga, apa yang aku lihat itu? Ibuku yang memakai daster itu tampak tersingkap dasternya, sehingga aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih mulus. Aku mulai berpikiran jorok, ini pasti akibat barusan aku nonton bokep. Wajahnya masih cantik, dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika tidur. Aku berdiri di pintu kamarnya, memang pintunya sengaja di buka agar sewaktu-waktu kalau ia memanggilku aku bisa dengar. Entah setan mana yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku sambil membayangkan beliau membelai punyaku. Aku kocok pelan-pelan. “Ohh….Mega..”, aku panggil nama ibuku berbisik. Aku terus mengocok, makin lama makin cepat, dan maniku muncrat…CROOT….CROTT…, banyak banget sampai mengotori lantai, buru-buru aku bersihkan dengan kain pel yang ada di sebelah pintu. Entah kenapa aku mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku nggak sampai di situ saja.

Esoknya, aku libur, sebab hari ini adalah hari sabtu. Kantorku sabtu dan minggu libur. Arin sudah pergi ke sekolah. Aku bangun agak kesiangan. Mungkin kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah dari mana punya pikiran yang aneh-aneh lagi. Aku berniat memandikan ibuku, aku ingin melihat tubuhnya yang utuh. Aku pun ke kamar ibuku, ia sudah bangun dan sedang bersiap mandi.

“Ibu, ibu mau mandi?”, tanyaku.

“Iya Gun”, katanya.

“Boleh Gun, mandiin ibu?”, tanyaku.

“Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq”, jawabnya.

“Nggak apa-apa bu, kondisi ibu masih belum pulih benar”, kataku merayu.

Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab, “Baiklah”.

Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah saatnya pikirku. Aku melihatnya melepas daster, BH dan CD-nya satu per satu. Tampaklah dua buah toket yang masih mancung dan miss-v yang aku ingin lihat dari dulu. Aku hanya terbengong, dan tak terasa tongkolku sudah tengah. Darah mengalir cepat ke ubun-ubunku.

“Kenapa Gun?”, tanya ibu.

“Ah..nggak apa-apa “, jawabku.

“Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah”, kata ibuku. “Kamu belum mandi juga kan?”

“I…iya”,kataku.

Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut melihat punyaku yang tegang. Lalu dia duduk di pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun mengambil gayung dan menyiramkan ke tubuhnya. Ia membasuh mukanya, ia ganti mengambil gayung dan menyiramkannya ke tubuhku. Kami benar-benar saling menggayung. Tibalah saat menyabun. Aku mengambil sabun cair. Kusabuni punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari belakang aku menyusuri pundak, hingga ke depan, aku agak takut menyentuh dadanya. Takut kalau dia marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai toketnya, dan agak meremas. Kami diam, dan hanya bahasa tubuh saja yang saling berucap. Ku basuh dari dadanya, hingga ke perut. Ketika mau menuju miss-v, ibuku menahan.

“Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk kewanitaan”, katanya. “Bersihkan dulu tubuh ibu”.

Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun yang ada di tubuhnya hilang, lalu ia mengambil pembersih khusus kewanitaan. Lalu menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu mulai menyabun tempat itu pakai sabun tersebut. Mulanya aku hanya sekedar menggosok, tapi lama-lama aku sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan mata sejenak. Sepertinya ia keenakan, aku teruskan, namun aku tak berani lama-lama. Ia agak tersentak ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas agak dalam, sepertinya ia sedikit horni.

Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya. Bersihlah sudah sekarang. Lalu giliranku. Aku disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku yang bidang, lalu perut, dan sampai di tongkolku yang tegang. Ia mengurut tongkolku sesaat, lalu menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu bagian-bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku.

“E…bu…boleh Gun minta sesuatu?”, tanyaku.

“Apa itu?”

“Gun kan sudah dewasa, dan mengerti soal beginian. Kalau boleh aku ingin ibu mengocok punya Gun sebentar bu”, aku mengatakan hal yang aneh-aneh. Yang memang tak perkikirkan sebelumnya.

Ibuku terdiam.

“Maaf bu, aku tak bermaksud demikian, hanya saja, aku sebagai laki-laki normal siapa saja, pasti akan merasakan hal seperti ini”, kataku.

“Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa”, katanya.

Tangannya yang lembut itu pun akhirnya mengocok punyaku, membelainya. Oh…apa ini? Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok tongkolku yang sudah tegang. Peristiwa itu sangat erotis sekali. CLUK….CLUK…CLUK…bunyi tongkolku yang dikocok berpadu dengan air sabun. Busanya sangat banyak, aku ingin sekali meremas toket ibuku.

“Bu, boleh Gun meremas dada ibu?”, tanyaku. “Gun sangat terangsang sekali”.

“Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak boleh macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun”, kata ibu.

“Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi Gun tidak tahan lagi”, kataku.

Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda mau orgasme. Ibuku tahu hal itu, dan ia mengocok tongkolku dengan cepat, CROOT…..CROOT…..CROT….sperma muncrat ke wajahnya, dadanya, dan perutnya. Banyak sekali. Sebagian membeler di jemarinya.

“Sudah Gun?”, tanya ibu.

“I…iya…”, kataku lemas.

Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di tubuhnya dengan membasuhnya dengan air.

“Jangan bilang ini sama Arin ya”, katanya. “Atau orang lain.”

Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa yang aku lakukan barusan. Tapi aku sangat menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai handuk saja. Aku membawanya sampai ke kamar. Di kamar aku masih horny, dengan posisi ibuku yang sekarang hanya pakai handuk saja, membuatku makin terangsang.

Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku aku dudukkan. Aku duduk di sebelahnya.

“Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi”, kataku.

“Tak apa-apa Gun, laki-laki normal pun pasti demikian, bahkan bisa lebih”, kata ibuku.

“Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?”, tanyaku.

“Buat apa Gun?”, tanyanya. “Ibu masih sakit Gun”.

“Sebentar saja bu, boleh ya?”, tanyaku.

“Baiklah”, katanya.

Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit kembar yang aku inginkan. Aku memegang putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di sana.

“Oh…Gun…jangan Gun….ahkk”, ibuku tampak tak melawan walaupun aku menghisap susunya. Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas keduanya. Tak terasa, ia sudah berbaring tanpa sehelai benang pun. Aku pun menciumi perutnya, hingga ke miss-v-nya. Miss-v-nya yang keset membuatku makin bergairah. Ibuku terus meronta jangan dan jangan. Aku tak peduli, nafsu sudah di ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan perlakukanku itu. Ia pun secara tak sengaja membuka pahanya, tongkolku sudah siap, dan aku sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan bertemu. Ibuku tampak meneteskan air mata.

“Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini”, kataku lagi.

Penisku kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak geli dan enak. Ini adalah aku melepaskan keperjakaanku kepada ibuku sendiri. Aku senggol-senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia menggelinjang, setiap kali kepala penisku menyentuhnya. Lalu akupun memasukkannya. Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga banyak untuk bisa masuk. SLEEB!! Sensasinya luar biasa. Aku tak peduli ia ibuku atau bukan sekarang. Aku sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku aku gerakkan maju mundur dengan ritme sedang. Kurasakan sensai miss-v ibuku yang masih seret menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu. Aku usahakan ibuku juga merasakan sensasi ini. Aku angkat bokongnya, aku remas. Kakinya mulai kejang dan menjepit pinggangku.

“Ohh….Ahh…terus Gun…cepat selesaikan, cepat Gun….”, kata ibuku. Ia mencengkram sprei tempat tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang. Dadanya naik turun, oh…seksi sekali.

“Mega, tubuhmu nikmat Mega…ahh….aku ingin ngent*t terus denganmu, aku ingin keluar Mega…OOHH…Ahhhh”, aku percepat goyanganku. Ibuku pun sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan bertumpu kepada kedua tangannya, pertanda orgasme. Aku juga keluar. Spermaku muncrat di dalam rahimnya, aku tekan kuat-kuat. Akhirnya fantasiku untuk ngent*t dengan ibuku sendiri kesampaian. Aku benamkan dalam-dalam penisku, sampai spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku lemas. Ia masih beralaskan handuk bekas mandi. Aku perlahan mencabut penisku. PLOP..!! suaranya ketika aku cabut.

“Maafkan aku bu, tapi enak sekali”, kataku.

Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku memukulkan tangannya ke dadaku. “Kamu bajingan!!” Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku, sambil memeluk dirinya sendiri.

Butuh waktu lama untuk dirinya bisa diam. Sampai kurang lebih 30 menit kemudian, nafsuku bangkit lagi, karena masih melihatnya telanjang. Aku mempersiapkan penisku yang tegang lagi. Kali ini bukan fantasi, inilah yang aku rasakan. Aku mendekatkan penisku ke pantatnya, aku sentuh pinggulnya, lalu aku masukkan penisku ke vaginanya. Nggak perlu susah-susah dan Bless….”Aah…Gun, kamu mau apa lagi? Tidak cukupkah kamu menyiksa ibu?”

“Gun, tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka”, kataku. Posisiku kini dari samping. Dan aku keluar masukkan penisku. Pantatnya dan perutku beradu. Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi, semok dan menggiurkan. Aku tak butuh waktu lama untuk bisa ejakulasi lagi di dalam rahimnya. Dan ketika puncak itu aku memeluk ibuku.

Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali. Setelah itu aku benar-benar memohon maaf.

“Maafkan Gun bu, maafkan Gun”, kataku.

Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku pun keluar. Aku kembali ke kamarku dan memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah menjadi anak durhaka.

*******

Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang aku bingung.

Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang. Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan wajahnya lagi. Ia sudah senang dengan perkembangan kesehatannya.

Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur. Dan aku berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang membuat kami tidak melakukannya.

“Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun”, katanya.

“Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin”, kataku.

Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku. Tanpa babibu, ia sudah mengulum penisku. Aku kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah mengulum penisku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan ganas ia lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga gesek-gesekkan ujung penisku ke putingnya, lalu ia jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya. Kami sudah telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak, rasanya aku mau keluar….sedotannya benar-benar mantap. Aku tak kuasa lagi dan…aahh..benar…CROT…CROT…CROT…spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis.

“Nih lihat”, kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya. Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku.

“Ibu hebat”, kataku.

“Ibu masih belum puas”, katanya. Ia lalu menelan spermaku bulat-bulat.”Ah..”

Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti bayi, kali ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring. Penisku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas. Ia berjongkok dan menuntun penisku masuk miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu pada pahaku. Makin lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa, bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremas-remas telurku. Oh…ini baru, tehnik baru. Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah beberapa saat kemudian, ia bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung penisku. Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti menahan bom. Dan benar, ketika ibuku mau orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya, ia tak lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, “Oh…Gun…Oh…anak mama yang nakal….tongkolmu gedhe Gun. Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu Gun…Ahh…Sampai…sampai…ibu mau sampai, kamu juga ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini”.

Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami orgasme bersama-sama. Vaginanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan yang luar biasa. Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman, aku masih memangkunya, dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling berpelukan. Kami tertidur.

******

Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku selalu melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik dari hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium oleh Arin.

Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk berdekatan.

“Aku tahu kakak gituan sama ibu”, kata Arin.

Aku kaget tentu saja.

“Gituan gimana?”, tanyaku jaim.

“Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngent*t ama ibu kan?”, tanyanya.

“Kalau iya kenapa?”, tanyaku menantang.

“Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu”, katanya.

“Kamu kepengen ya?”,

“Nggak ah”

“Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?”

“Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?”

“Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan”, kataku.

“Kakak jahat!”, katanya sambil memukul bahuku.

“Aduh, koq mukul”, kataku.

“Habisnya kakak jahat!”, katanya.

“Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?”

Arin diam sejenak, “Iya juga sih, ibu makin membaik”.

“Mau tau rahasia?”, tanyaku.

“Apa ?”, tanyanya.

“Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu”, kataku.

“Busett…kakak ternyata…”, Arin menggeleng-geleng.

“Yee…ini juga karena memang ibu wanita yang cantik”, kataku. “Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?”

Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol. Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin terangsang.

Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya.

“Kakak ngapain? Jorok ih”, katanya.

“Yeee…suka-suka dong”, kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. “Kamu boleh koq sentuh”

“Nggak ah..”, katanya.

“SENTUH!!”, aku sedikit membentak.

Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh penisku.

“Nah, gitu…”, kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. “Sekarang kocok dong!!”

“Udah ya kak, jangan deh”, katanya.

“Kocok!”, kataku.

Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first kis denganku.

Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, “Kak…jangan…”

Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan penisku ke mulutnya.

“Ayo isep!”, kataku.

“Nggak ah kak, koq jadi gini sih”, katanya.

“Isep!”, kataku.

Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan suara…”Hmmmhh…hmmmh…hmmmh…”

Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap.

“Kaakk….sakit kaak…jangan perkosa Arin”, katanya meminta.

“Nanti juga enak koq Rin”, kataku.

Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya. Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.

“Rin, kakak mau menghamili kamu….ahh…keluar riiinn…Akkkhh…aaahhkkk”, benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda.

Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa.

“Maafkan kakak ya”, kataku. “Kalau kau mau marah, kakak ada di sini”

“Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku”, katanya. “Kakak harus janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!”

“Baiklah kakak berjanji”, kataku.

“Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak”, katanya.

Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahla ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku.

Diceritakan lagi oleh TS dari seorang yang dirahasiakan identitasnya.

dengan ayah

Namaku Ana.. Pertama kali aku berhubungan seks adalah tak lain dan tak bukan bersama ayah kandungku sendiri. Ceritanya begini. Saat itu umurku baru 14 tahun.. Ibuku telah meninggalkan kami sejak aku kecil lagi untuk mencari kehidupan mewah bersama lelaki lain. Ayahku pula seorang peniaga alat sukan. Aku seorang anak tunggal. Ketika umurku 14 tahun aku menpunyai tubuh seperti perempuan dalam lingkungan umur 20an. Aku mempunyai dada yang mampat. Saiz coliku pada waktu itu adalah 38C. Pinggangku masih dalam 24inch dan punggungku saiz 36. Sepanjng hidup kecilku sentiasa dengan ayah. segala permintaanku, dia akan cuba turuti memandangkan aku adalah anaknya seorang dan disayangiku bagai menatang minyak yang penuh. Saat umurku 12 tahun ayah pernah cuba berdating dengan perempuan lain tapi tak ada jodoh... ada mak janda, ada mak dara... sampai tiba masanya dia kata padaku; 'Ana... Ana tak rasa sunyi ke tak ada Ibu atau adik beradik?'tanya Ayah 'Tak pun.. Ana happy camnie.. Kenapa Ayah taknak kahwin ngan orang lain? tanyaku balik 'Entahlah.. barangkali tak ada perempuan yang boleh ganti ibu kamu... Ayah pun lebih ok camnie.. Ada anak dara satu pon dah pening kepala..' seloroh Ayah. Ayahku orangnya tinggi lampai dan mempunyai badan yang tegap.. maklumlah bekas seorang bodybuilder tempatan saat mudanya. Kini dia masih menjaga badannya dengan baik sebab dia menpunyai alat gym yang lengkap di rumah. Segala tentang dirinya masih lagi kelihatan muda. Setakat rambut putih kelihat sedikit. Dia mempunyai senyuman yang cukup menawan. Teman2 sekolahku pun pernah menyatakan bahawa Ayahku handsome orangnye.. Kadang aku juga berasa megah menpunyai ayah seperti Ayahku.. Sebelum hari lahirku yang ke 16, Ayah bertanya apa aku inginkan untuk hadiah.. Aku hanya meminta Ayah mengajak aku bercuti di Langkawi and seutas beg LV kerana kebetulan hari lahirku jatuh pada cuti sekolah. Ayah menyatakan semuanaya sudahpun diatur seperti yang ku mahu.. Sejak aku baligh, aku sentiasa ada teringin tahu apakah rasanya seorang berhubungan seks.. Adakah seperti buku novel romance yang aku baca di khutubkhanah? Aku sering bermimpi membayang diriku sedang hangat bersetubuh bersama lelaki yang tak ku kenali... Aku sering terasa basah seluar dalamku pada esok pagi kerana mimpiku. Tak pernahpun aku meceritakan tentang mimpiku itu pada Ayah. Pada hari lahirku kami berdua beranak tiba di Casa Del Mar.. Sangat romantis dan cantik hotel itu..Seperti yang aku bayangkan. Kami tiba di waktu senja dan just in time for makan malam. Aku dihadiahi beg idamanku dan juga kek hari jadiku yang indah.. Aku berasa sangat gembira.Di saat itu aku memakai baju off shoulder hitam yang pendek yang kelihatan seksi dibeli sebelum hari lahirku. Setelah makan malam aku dan ayah berjalan di taman open air itu sambil berbual 'Ana.. happy tak hari ni? 'Happy ayah... rasa macam puteri kayangan' kataku ' Ana, you have always been my princess.. Ana istimewa pada diri ayah' kata ayahku sambil memelukku. Di saat pelukkan Ayah; aku mula dadaku berdegup dengan kuat..Seperti kejutan elektik.. Aku tak tahu mengapa. Ayah terus mencium pipiku.. Aku rasa terpegun.. Ciuman itu bukan seperti ciuman saat kecilku tapi ciuman seperti seorang lelaki dan perempuan.. Aku hanya tersenyum tapi hatiku seperti inginkan sesuatu. 'Ayahh.. ana rasa ngantuk nak tidur la ayah.. 'Mari kita pulang ke bilik masing2' kata Ayahku Bilikku dan Ayahku adalah adjoining suite. maksudnya ada pintu antara dua bilik. Aku masuk ke bilikku laku mula membuka baju dan berbogel untuk mandi..Saat aku mula membuka shower, tiba2 aku terasa tangan memegangku.. aku berpaling dan alagkah terkejutnya apabila Ayah yang berseluar pendek datang memelukku lagi... Kali ini perasaanku tidak boleh terbendung lagi... Ayah mula mencium leherku... Aaahhh. sensitifnya tempat itu... 'Ayah... kenapa kita rasa begini...' aku berdesah 'Ayah sendiri tidak tahu... Ana terlalu cantik seperti ibumu..Maafkan Ayah tapi Ayah tidak boleh terbendung perasaan Ayah terhadap Ana.. kata Ayahku sambil memeluk mendakap dan mencium pipiku..Tangannya mula rasa liang tubuhku yang basah.. Ayah... Ana tak tahan.. dengan ciuman Ayah nie.. Ana... Ayah sayangkan Ana.. 'Ana juga Ayah.. Ayah tak sanggup... Ana anak Ayah.. tapi... Tapi apa Ayah..?? ' aku mengeluh... Ayah terus mendukungku lagi membaringkanku atas katilku.. Dia terus mencium mulutku bertubi- tubi... hairannya aku turut menciuminya.. Tanganya meraba buah dadaku yang montok ini.. Ayah.... I think I am in love with you Ayah!!! Ana love Ayah.. I want to be your lover Ayah... Sambil mengisap buah dadaku; ayah berkata.. Are you sure Ana??? Apa yang Ayah lakukan, there is no turning back.. Ana sanggup ayah... Ana nakkan Ayah!! Aku terus merangkul Ayah lalu menjilat lehernya.. Ayah terus membuka seluar pendeknya... Alangkan terkejutnya aku melihat senjata Ayahaku... untuk pertama kalinya.. Ana... Ana takkan menyesal.. Ayah akan bahagiakan Ana.. Ayah takkan tinggalkankan Ana.. "Kau sungguh cantik. Kini kau sudah dewasa. Tubuhmu indah dan jauh lebih berisi.., mmpphh..", katanya sambil menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya. Aku seakan terpesona oleh pujiannya. Cumbu rayunya begitu menggairahkanku. Begitu lembut dan hati-hati. Hatiku semakin melambung tinggi mendengar semua kekagumannya terhadap tubuhku. Wajahku yang cantik, tubuhku yang indah dan kini jauh lebih berisi. Payudaraku yang membusung penuh dan menggantung indah di dada. Permukaan perut yang rata, pinggul yang membulat padat berisi menyambung dengan buah pantatku yang ‘jack’. Diwajah ayah kulihat memperlihatkan ekspresi kekaguman yang tak terhingga saat matanya menatap nanar ke arah lembah bukit di sekitar selangkanganku yang dipenuhi bulu-bulu hitam lebat, kontras dengan warna kultiku yang putih mulus. Kurasakan tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat. Ayah... show me your love please... Ayah menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. Kurasakan koneknya ditempelkan pada bibir kemaluanku. Digesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Cairan yang masih tersisa di sekitar itu membuat gesekannya semakin lancar karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya dia sengaja melakukan itu. Apalagi saat moncong koneknya itu menggesek-gesek kelentitku yang sudah menegang. Ayah menatap tajam melihat reaksiku. Aku balas menatap seolah memintanya untuk segera memasuki diriku secepatnya. Tiba2 aku macam sudah rasa mcm seorang professional sedang ini kali pertama... Ayah serperti tahu apa yang kurasakan saat itu. Namun kelihatannya ia ingin melihatku menderita oleh siksaan nafsuku sendiri. Kuakui memang aku sudah tak tahan untuk segera menikmati batang koneknya dalam pukiku. Aku ingin segera membuatnya ‘KO’. Terus terang aku sangat kagum dengan keperkasaannya. Kuingin buktikan bahwa aku sanggup membuatnya cepat-cepat mencapai puncak kenikmatan. Ayah.... cepat... 'Cepat apa sayang?.... Cepatlah.... Ana nak ayah buat apa? CEPAT MASUKKAN KONEK AYAM DALAM PUKI ANA!!!!! Aku macam tak percaya dengan kata2ku itu.. Baiklah sayang. Tapi pelan-pelan ya// inikan kali pertama Ana, kata ayahku dengan penuh kemenangan telah berhasil menaklukan diriku. Aku menunggu cukup lama gerakan konek ayah memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Selain besar, konek ayah cukup panjang juga. Aku sampai menahan nafas saat batangnya terasa mampat di dalam. Rasanya sampai ke ulu hati. Aku baru bernafas lega ketika seluruh batangnya amblas di dalam. Ayah mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan. Satu, dua dan tiga tusukan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam liang memekku membuat konek ayah keluar masuk dengan ketatnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama tusukannya. Sakit mula terasa.. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting bagiku tusukan itu mencapai bagian-bagian peka di dalam relung kewanitaanku. Ayah tahu apa yang kuinginkan. Ia bisa mengarahkan batangnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Batang ayahku mengisi penuh seluruh isi liangku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan batang itu sangat terasa pedih di seluruh dinding vaginaku. "Aduuhh.. auuffhh.., nngghh..", aku meintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Kembali aku mengakui keperkasaan dan kelihaian ayahku di atas ranjang. Ia begitu hebat, jantan dan entah apalagi sebutan yang pantas kuberikan padanya. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga bercinta dengannya meski kusadari perbuatan ini sangat terlarang dan akan mengakibatkan permasalahan besar nantinya. Tetapi saat itu aku sudah tak perduli dan takkan menyesali kenikmatan yang kualami. Sedap tak terhingga... Ayah sedapnya rasa konek ayahhh.... Hentaklah kuat2! Ayah bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive. Aku meregang tak kuasa menahan desiran-desiran yang mulai berdatangan seperti gelombang mencecah pertahananku. Sementara ayah dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras terdengar seiring dengan gelombang dahsyat yang semakin mendekati puncaknya. Melihat reaksiku, ayah mempercepat gerakannya. Batang konek yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya seakan tak memperdulikan liangku yang sempit itu akan terkoyak akibatnya. Kulihat tubuh ayah sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Tubuhku yang berkeringat nampak mengkilat terkena sinar lampu kamar. Aku mencuba meraih tubuh ayah untuk mendekapnya. Dan disaat-saat kritikal, aku berhasil memeluknya dengan erat. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat. Kurasakan tonjolan otot-ototnya yang masih keras dan pejal di sekujur tubuhku. Kubenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara keduan tanganku menggapai buah pantatnya dan menekannya kuat-kuat. Kurasakan semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diriku. Aku meregang seperti ayam yang baru dipotong. Tubuhku mengejang-ngejang di atas puncak kenikmatan yang kualami untuk kedua kalinya saat itu. "Ayah.., oohh.., Yaahh..", hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya. "Sayang nikmatilah semua ini. Ayah ingin kamu dapat merasakan kepuasan yang belum pernah kamu alami", bisik ayah dengan mesranya. "Ayah sayang padamu, ayah cinta padamu. Ayah ingin melepaskan kerinduan yang tersimpan selama ini..", lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar begitu romantik. Aku mendengarnya dengan perasaan tak menentu. Kenapa ini datangnya dari lelaki yang bukan semestinya kusayangi. Mengapa keindahan ini kualami bersama ayahku sendiri? Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan tenunganku kembali gairahku. Aku masih gian dengannya. Sampai saat ini ayah belum juga mencapai puncaknya. Aku seperti mempunyai utang yang belum terbayar. Kali ini aku bertekad keras untuk membuatnya mengalami kenikmatan seperti apa yang telah dia berikan kepadaku. Aku sadar kenapa diriku menjadi ghairah untuk melakukannya dengan sepenuh hati. Timbulnya pikiran ini membuatku semakin bergairah. Apalagi sejak tadi ayah terus-terusan menggerakan kontolnya di dalam memekku. Tiba-tiba saja aku jadi beringas. Kudorong tubuh ayah hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menicumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuselomoti batang kontolnya yang tegak bagai tiang pancang beton itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. Tanganku mengocok-ngocok batangnya. Kulirik ayah kelihatannya menyukai perubahanku ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuh ayah. Selangkanganku berada persis di atas batangnya. "Akh sayang!" pekik ayahku tertahan ketika batangnya kubimbing memasuki liang pukiku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan habis seluruh batangnya. Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak seperti kuda liar yang sedang birahi. Aku tak ubahnya seperti pelacur yang sedang memberikan kepuasan kepada pelanggan. Tetapi aku tak perduli. Aku terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik, sambil sekali-sekali meliuk seperti ular. Gerakan pinggulku persis seperti penyanyi dangdut dengan gaya gelek bergetar dan entah gaya apalagi. Pokoknya malam itu aku mengeluarkan semua jurus yang kumiliki dan khusus kupersembahkan kepada ayahku sendiri! Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangan ayah mencengkeram kedua buah dadaku, diremas dan dicubit2. Ayah lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menciumi putting susuku. Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski hotel menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lekat satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku. Ayah menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Ayahhhh..... hentakkan lagi.... Sedappppppp.... Ooohhh Anaaaa..... Katil dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Kurasakan ayah mulai memperlihatkan tanda-tanda. Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Mungkin goyangan pinggulku akan membuat iri para penyanyi dangdut saat ini. Tak selang beberapa detik kemudian, akupun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat. Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeria. Aku sudah tak perduli suaraku akan terdengar kemana-mana. Kali ini aku harus menang! Upayaku ternyata tidak percuma. Kurasakan tubuh ayah mulai mengejang-ngejang. Ia mengerang panjang. Menggeram seperti harimau terluka. Aku pun merintih persis kuda betina liar yang sedang birahi. "Eerrgghh.. oouugghh..!" ayah berteriak panjang, tubuhnya menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami seluruh relung vaginaku. Pancutan begitu kuat dan banyak membanjiri liangku. Akupun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan bersenggama dengan ayahku. Tubuh kami bergulingan di atas katil sambil berpelukan erat. Saking dahsyatnya, tubuh kami terjatuh dari katil Untunglah katil itu tidak terlalu tinggi dan permukaan lantainya tertutup permadani tebal yang empuk sehingga kami tidak sampai terluka... Nikmatnya tak terkata.... Selama tiga hari kami di hotel... kami bersetubuh tanpa henti seperti pasangan yang berbulan madu.. Hingga sekarang aku masih bersetubuh dengan ayahku... .. Kami sudah berpindah ke laur negara agar boleh hidup sebagai sepasang suami isteri... Kami kahwin secara sivil.. Belum lagi dikurniai anak.. Aku tidak menyesal atas perbuatan kami... malah aku recommend it.. Sayng ayah tak sama seperti jejaka mcm mat rempit etc... Konek ayah sangat fantastik... Bye... Ayah sudah panggil untuk bersetubuh lagi..

kode khusus

Setelah seminggu kami menikah, akhirnya aku menjadi terbiasa di rumah mertuaku. Aku memang bekerja di kota S, sedang keluargaku berada di desa. Aku dan isteriku mendapat kamar di lantai dua. Di lantai dua, ada seorang adik iparku lakilaki belum menikah. Isteriku tiga bersaudara. Dia anak perempuan satu-satunya. Dia diapit oleh dua saudara laki-alkinya. Yang sulung juga belum menikah dan kini masih kuliah di Australia.

Aku cepat pulang dari biasanya. Isteriku masih bekerja di kantor. Di rumah hanya ada seorang pembantu dan ibu mertuaku. Saat aku melintasi kamarnya yang berada di bawah tangga, aku melihat ibuku sedang berganti pakaian. Nampaknya daia baru mandi. Entah kenapa, mata kami beradu. Dengan cepat aku menunduk. Aku cepat ke lantai atas. Tapi dadaku berdebar kencang. Gila! Tubuh ibuku, ternyata sangat sempurna, walau sudah melahirkan tiga anak. Usianya yang 42 tahun benar-benar masih OK. Dadanya masih kelihatan mulus, kencang dan putih sekali. Dengan cepat aku memasuki kamar mandi dan membersihkan diriku. Kuganti celana kerja dengan training spark. Aku memakai kaos longgar saja. Saat keluar kamar, aku melihat ibu mertuaku ada di lantai dua.

"Nak...Wawan, kamu tadi sempat lihat mama, ya?" tanyanya. Aku gelagapan. Mata kami sudah beradu, untuk apa berbohong, apalagi membohongi hatiku.
"Ya..ma. Kenapa mama tidak menutup dan mengunci kamar rapat-rapat," kataku.
"Siapa sangka kamu pulang cepat. Tidak biasanya. Ya sudah...tak perlu ngomong bilang siapa-siapa," katanya. Aku tersenyum. Lalu kami turun ke lantai bawah untuka makan siang. Saat mau menuruni tangga tak sengaja, tanganku menyenggol buah dadanya. Empuh sekali.
"Tu...kamu sudah menyentuh...?" Mertuaku tak meneruskan perkataannya.
"Maaf ma...Maaf. Tak sengaja," kataku. Mata mamaku tajam menatapku. Aku tak mengerti apa makna tatapannya itu. Apakah marah atau bagaimana. Lama kami diam dan saling menatap. Tiba-tiba geloraku naik. Dadaku terasa menggemuruh. Kupegang bahu mertuaku. Ingin aku menentramkan hatinya. Saat aku menyentuh bahu kanannya, mertuaku tersenyum. Ah...perduli amat. Toh enggak ada saksi, kata hatiku. Langsung saja kupeluk mertuaku yang seksi itu.
"Waannnn..." tangkisnya. Tapi kedua tanganku sudah memeluknya. Mulutku sudah mengecup bibirnya. Buah dadanya sudah menempel di dadaku. Aku terus melumat bibirnya, sampai kondenya terlepas. Kuremas-remas pantatnya.

"Wan...nanti kelihatan si Inem lho..."
"Inem lagi keluarkan, Ma?"
"Sebentar lagi datang."
"Nanti dia pasti menekan bell, kan?" kataku terus memeluk mamaku.
"Jangan Wan...ketahuan papa mu dan isterimu. Gila kamu."
"Mama diam saja," kataku. AKu terus memeluknya, kini aku meremas teteknya yang masih terbalut pakaian dan Bra.
"Mama enggak mau Wan. Kamu kan menantu mama."
"Sabar ya Ma. Kita sama-sama nakal kan?" kataku terus juga membuka kancing baju mertuaku. Ah...begitu cepatnya tanganku bekerja, hingga tetek putih itu sudah terlepas dari pembungkusnya. Kulumat putingnya dan aku mempermainkan lidahku. Tubuh mertuaku kusandarkan ke dinding tangga.
"Wa...mama enggak mau. Takut..." AKu tak perduli. Sudah kepalang tanggung. Tanganku mulai meraba mmeknya dri balik CD nya. Tiba-tiba terdengar suara bell.
"Tu...kan...? Ayo kamu yang buka. pasti si Inem. Aku bereskan dulu kondeku."

Aku langsung turun ke bawah dan membuka pintu pagar. Sengaja aku berjalan lambat, agar Inem tak cepat memssuki rumah. Setelah Inem masuk dan ke dapaur, mertuaku turun dan menemui Inem ke dapur. Aku mendengar pembicaraan mereka. Mertuaku meminta agar dia tidak diganggu, karean mau istirahat di kamar. Sedang aku, dikatakannya juga sedang mengerjakan pekerjaan kantor di kamar atas, juga tidak diganggu. Inem mengiyakan. AKu cepat lari naik ke lantai dua. Dari atas, aku mengirimkan SMS kepada mertuaku.

"Ma...cepat naik ke atas, biar kondenya saya betulin."
AKu menunggu balasannya. Benar saja, tak lama kemudian aku mendapat jawaban dari SMS mertuaku.
"Ntar...tunggu saja. Belum aman." Gila. Itu artinya, mertuaku akan menyusul aku ke lantai dua. Padahal aku hanya iseng saja mengirimkan SMS, mau tau apa jawaban mertuaku.

Tak sampai 5 menit, mertuaku datang ke lantai dua dengan memakai dasternya. Dia sudah melepas sanggulnya dengan rambut digerai. Langsung kupeluk dia. Ah...terasa empuk sekali dadanya yang tak dilapisi bra. Kuraba memeknya, juga tidak memakai CD. Gila sekali. Berarti mertuaku juga kepingin bermesraan denganku. Tak kusia-siakan kesempatan itu. Kuseret dia ke kamar khsus untuk tamu. Kukunci secepatnya. Dengan cepat pula aku menelanjangi diriku. Kulihat mertuaku tersenyum melihat penisku yang sudah menegang.

"Kamu sungguhan mau menyetubuhi, mama?" Basa-basi gila, pikirku. Pake nanya segala. Lalu mau apa, kan aku sudah telanjang!
Tak perlu aku menjawab pertanyaan gila itu. Langsung saja kuangkat dasternya dari bawahke atas. Tubuh mamaku benar-benar masih indah. Putih bersih dan masih ramping, berbentuk tanpa lemak di pinggul dan perutnya. Aku langsung emnciuminya, meraba dan menjilatinya. Mama tak mau kalah. Dia lebih agresif lagi menjilati tubuhku. Kamu saling menjilati dan meraba, mengisap, mengelus dan memeluk. Indah sekali rasanya, bercinta dengan wanita yang berpangalaman. Aku justru seperti dituntun untuk melakukan apa yang dia lakukan serta menjilati apa yang dia jilat. Kutolak mertuaku ke atas tempat tidur. Dia langsung emngangkangkan kedua pahanya lebar-lebar. Aku menindihnya dan memasukkan penisku ke dalam paginanya. Aku memompanya. Mertuaku menggamit tengkukku. Setelah lidahku berada dalam rongga mulutnya, kini tubuhnya meliuk-liuk bagaikan ular sawah yang berada di air yang sedikit sekali. Gila. Ak terjungkit-jungkit di atas tubuhnya. Keringatr kami, membuat sekujur tubuhkami menjadi basah.

"Ma...ampuuun, aku mau sampai ma...?"
"Tahan dulu. Jangan dulu..."katanya sembari menggigit lidahku kuat-kuat. Aku kesakitan dan hanya bisa mengeluarkan desahan saja, seab lidahku ada di kulumannya. Setelah itu mertuaku melepas lidahku yang sakit sengaja dia gigit. Rasa mau orgasme seketika menjadi hilang, diganti rasa sakit di lidahku. Mertuaku terus menerus meliuk-liukkan
tubuhnya dari bawah. Aku terbawa olehliukan tubuh yang gemulai itu. Di jepitnya kedua kakinya ke pinggangku dan leherku dikepit oleh tangannya, Kepalaku sudah berada di lehernya da sebelah tangannya memeluk pingangku. Liukannya semakin cepat membuat tubuhku ikut bergiyang-goyang. AKu tak perlu lagi memompa penisku ke dalam memeknya, karean liukannya, membuat penisku bis akeluar masuk dengan sendirinya. Benar-benar gila, mertuaku. Liukannya berhenti seketika dan kakinya menjepit lebuih kuat serta leherku terasa sakit dijepit tangannya. Aku merasakan ada desir air hangat di kepala penisku. Mertuaku sudah orgasme.

"Ayo...puaskan dirimu..." katanya, setelah jepitannya melemah. AKu memeompanya dan membangun nafsuku yang hammpir hilang. Saat aku memompanya, mertuamu mengelus-elus punggungku dengan lembut. Tak lama, aku orgasme. Kami sama-sama lemas. Begiti kami usai istirahat, aku membersihkan diri ke kamar mandi dan mertuaku juga. Dia terus tersenyunm.
"Kapan-kapan, kita betulin lagi konde mama ya," katanya sambil berlalu.

Sejakl saat itu, kami terus melakukannya, kapan sja kami mau melakukannya pada saat-saat aman. Hingga pada suaru sore di kantor, aku mendapat SMS dari ibu mertuaku.
"Mama di Kamar 612 Hotel S. Mau memperbaiki konde. Kalau bisa Jemput Mama, Minta izin pada isterimu."

Dengan cepat aku menelpon isteriku, mengatakan aku terlambat pulang karena ada urusan kantor. Isteriku mengingatkan aku, agar hati-hati. Kupacu mobilku ke hotel yang tersebut dalam SMS. AKu memarkir mobol di tempat tersembunyi dan langsung ke kamar 612. Ku tekan bell. Mertuaku tersenyum menyambutku.

"Kita perbaiki konde mama, ya," kataku.
"Ya...waktu kita singkat. Kita harus segera," katanya. Kami kembali melakukan persetubuhan yang lebih seru lagi.

Mertuaku memang seorang perempuan yang mengerti bermain seks. Luar biasa. Terlebih dia sangat lihat meliuk-liukkan tubuhnya dengan indah, bagaikan ular sawah yang sedang birahi.

kak eva yg kutiduri

Ini adalah kisah nyata,awalnya aku adalah seorang pia masih sedang2 umurku waktu itu 17 tahun,
dan aku punya kaka perempuan yang bernama eva tapi dia bukan kakak kandungku, dia adalah anak dari tante dewi istri pertama ayahku dulu,awal perkenalanku dengan eva di saat ada acara pertemuan keluarga,ayahlah yang memperkenalkan kita sebenarnya,singkat cerita,hari terus berlalu sedangkan perkenalanku dengan eva semakin erat,tapi pada dasarnya aku punya simpatik pada dia,lama kelamaan aku di ajak kerumahnya kebetulan orang tuanya lagi pergi keluar kota, dan sesampainya di rumah aku nonton tv bareng sama dia tapi acara tv ga ada yg rame akupun merasakan kebosanan,evapun tau, dengan cara menghiburku dia lalu pergi ke warung untuk beli makanan kecil dan minuman,tidak ku sengaja aku buka lemari tempat2 kaset aku liat ada sebuah VCD yg telanjang tanpa ada bungkusnya,lalu aku nyalakan player DVD,dengan terkejut aku menyaksikan film bokep,tiba2 aku mempunyai pikiran kotor berhayal tentang eva, dan tanpa ku sadari eva sudah ada di sampingku diapun sempat liat,akupun kaget hatiku tidak karuan liat eva sudah ada di sampingku di saat aku menyaksikan adegan2 orang dewasa,ada rasa malu dan sebagainya,namun dengan menenangkan hatiku aku berpura pura matiin vcdnya,tapi belum sempet aku matikan eva berkata udah ga usah di matikan di tonton aja,tapi bergegas dia pergi sambil berkata ini makananya sama minumnya aku mau masak dulu, terus sambil mengancamku habis nonton gituan jangan macem2 jangan berfikir jorok,
iya kak kataku sambil bergetaran rasanya
takut ada orang masuk aku tutup pintunya nih
iya kak,10 menit kemudian aku dengar ada orang mengetuk pintu
rendy....buka pintu tuh ada tamu
iya kak kataku sambil bergegas membuka pintu
eeehhhh rendyyyyy kapan dateng
eh tante silvy, tadi tante, belum lama juga si,nemenin kak eva
ooooo,kak evanya ada
ada tante,bentar ya rendy panggilin,silahkan masuk tante

kak ada tante silvy tuh
yah bentar
kak goreng apaan nih
ayam kesukaanmu
wahhhhh pinter masak juga kak eva nih, padahal sambil nglirik tetenya yang di tutupi baju agak longgar dan BH pinknya
iya dong kak evaaaaa,,,,,,
udah cantik,,,,pinter masak lagi,,,coba merayu dikit
alah gombal aja,mana tante silvy
itu kak di ruang tamu

5 menit kemudian kak eva memanggilku
rendyyyyy,rendyyyy,rendy.
iya kak,ga biasanya dalam hatiku
sini kamu
bergegas aku dtang,ada apa kak
ada apa,ada apa kak.liat ga kamu ada tante silvy tv ga di matikan
oo iya,dalam hatiku
ma'af kak,ma'af ya tante,
ma'af,ma'af
udah udah,,,, tante silvy mencoba menenangkan kita
ga papa wajar laki2
ya udah tante pamit ya,tante mau masak juga bentar lagi om hery pulang
iya tante kataku
ayo rendy,sambil nglirik kebawah,ternyata burungku masih mau menembus clanaku

hari semakin malam,waktu menunjukan pukul 9.45 menit
kak ma'afin kejadian tadi ya kak
ya udah jangan lagi2 kalo ada tamu langsung di matikan
ya kak
terusin makanmu,emang kita pas makan malam
ya udah kak eva mau nonton tv dulu
ya kak,sambil liat pinggul kak eva yang cuman di tutupi gaun tidur tipis aja,nampak jelas BH dan CDnya yang berwarna pink
lalu aku menghampiri kak eva duduk di sebelahnya,acara apa kak
ga ada yang bagus nih,mau nonton itu lagi
akupun kaget,kenapa kak eva nawarin tadi siang kan marah2 gara2 film jorok
ahhhh,,,gugup jawabku,emang boleh kak tanyaku lagi
ya udah nyalain aja,kak eva mau baca majalah
tapi bacanya di sini ya kak
kamukan mau nonton itu,tentu dong kakak ngga mau nonton
tapi aku ngga berani sendirian kak,manja aku di depannya,please dehhh kaaaaakk
ya udah,tapi aku ngga mau nonton,aku mau baca majalah,jangan ganggu kakak
siiipppp deeeehhhhh
mulai aku nyalakan VCD porno adegan demi adegan aku nikmati dan sesekali aku lirik kak eva dia juga sesekali liat,dan gelisah keliatanya
aku pindah duduk jadi di bawah sofa tempat kak eva duduk di sebelahku tadi
sesekali aku lirik paha kak eva yang cuma di tutupi gaun tidur tipis yang berwarna biru, ternyata begitu bersih mulus putih dan di tumbuih bulu2 tipis
akupun mulai terangsang,pura2 aku meraih majalah yang sedang di bacanya
baca apaan si kak ko serius banget
kak evapun ga mau kalah,
ahhh apaan si rese banget,di cabutnya lagi dari tanganku majalah itu
tanpa di sadari tanganku jatuh tepat pada bagian dada kak eva,terasa kencang tete kak eva
ternyata dia juga terangsang dengan suara film itu
ngga usah rese ahhh kak eva bilang padaku tapi dia sambil ngelirik bagian bawahku
eh ternyata anuku berdiri cuman di tutupi clana pendek aja
tidur ah rend dah malem,kak eva bilang
iya kak,aku juga dah ngantuk,tapi aku malu berdiri ya di karenakan si otong masih tegap berdiri takut keliatan kak eva
ya udah matiin tuh
ya kak,tapi gendong kak sambil berdiri memeluk kak eva
biasa aku manja di depan kak eva
iiihhhh apaan si
tapi kita tetap berjalan masing2
ternyata kak eva terasa apa yang mengganjal di belakang kak eva
bergegas kita kekamar masing2
tapi malam itu aku ga bisa tidur keinget film2 itu
waktu menunjukan pukul 2 pagi namun mataku ga bisa di pejamkan,dan penisku masih terus berdiri,akupun keluar kamar mau ambil air minum,di depan pintu kak eva tanpa kusengaja aku liat kak eva sedang bergelincang sambil tangannya menusuk nusuk kewanitaanya
kebetulan pintunya ngga di tutup rapat ada sedikit celah untuk liat
akupun sulit untuk meninggalkan pemandangan yang selalu melintas di benaku dengan tanpa sehelai benangpun yang melekat di tubuhnya.
tanpa ku sadari tanganku masuk kedalam celana,dan aku keluarkan burungku yang sudah berdiri dari tadi,akupun mengocoknya sambil memandanginya dan ahhhh ahhhhh ahhhhh cret cret cret airmaniku keluar,dan tanpa di sengaja tanganku menyenggol pintu,duggg pintupun jadi terbuka lebar,kak evapun akget jadinya
ehh lagi ngapain kamu
sorry kak,aku ngga sengaja lewat aku liat kakak lagi telanjang,salah sendiri pintu ngga di tutup
sudah lama kamu ngintip
ngga kak,tapi kak eva ngga percaya kelihatanya,karena aku lupa habis ku kocok ga di tutup lagi
yang masih agak berdiri,kak evapun menyaksikan itu

paginya kak eva ngga negur aku seperti biasanya
pagi kak
pagi,dengan nada marah kak eva menjawabnya
ayo sarapan
iya kak,sambil sarapan akhirnya aku minta ma'af sama kak eva
kak ma'afin rendy yah
ya udah ngga papa,tapi aku minta tolong rend,jangan bilang sama siapa siapa yah
ok kak,jawabku senang,aku ngga akan ngomong sama siapa siapa ko kak,aman kak jawabku
ya udah,kak eva juga minta ma'af yah
akhirnya seperti biasanya,dan udah 2 hari aku di temapat kak eva 3hari lagi ayah dan ibunya akan pulang,dan malam ini adalah malam minggu
kak malam minggu kak eva ngga di apelin,kataku
kak eva belum punya cowok lagi rendy setelah kak bily mutusin kak eva dah terauma
jangan gitu dong kak,bangkitkan lagi rasa cintamu untuk seseorang
males rend
ya udah sama rendy aja ya kak,candaku
iya udah kita jadian,ngawur kita kan kakak beradik rend hehehehe
kak nonton itu lagi yu kak,temenin rendy
ya udah kaka mau mandi dulu dan ganti baju dulu yah
ok deh,VCD sudah aku nyalakan dan adegan2 sudah mulai beraksi 20 menit kemudian kak eva datang dengan gaun tidur tipis yang berwarna putih,
sini dong kak,,,pintaku
iya ya,
kak eva seperti biasa baca majalahtapi ngga konsentrasi, dengan aroma yang wangi kak eva tepat duduk disebelah
10 menit kemudian aku mulai terangsang dengan adegan2 itu,nafasku mulai tersendat sendat
lalu aku balikan tubuhku tepat disamping tubuh kak eva,lalu aku mencoba cabut majalah yg sedag di bacanya
ahhh rendyyyy rese kamu,tapi saat ini aku pegang kenceng majalah itu,hingga akhirnya kak eva roboh di pelukanku.lihat itu dong kak
apaan,tapi sambil melihatnya
tanpa di sadari tubuh kak eva masih di pelukanku dan tanganku masih memeluknya
dan mukaku hampir nempel di kupingnya,hanya nfas yang tesendat sendat saja yg di rasakan kuping kak eva,akhirnya kak evapun merasakan hal yg sama nafasnya tersendat sendat menyaksikan film itu,dan tanpa dia sadari tangannya jatuh tepat pada penisku yang lagi berdiri
tapi anehnya kak eva tidak mengangkat tangannya dan akhiranya aku beranikan diri tanganku mengelus dada kak eva yang mamng dari tadi ada di situ cuma ngga berani macem macem
kak evapun diam saat aku mengelus elus bagian dadanya malah fokus sama aktraksi flm itu
akupun mulai berankan diri, mukaku aku tempelkan di pipinya kak evapun masih diam dan terus aku beranikan pada akhirnya sampai di ujung bibir yang tipisnya,aku muali melumat bibirnya diapun membalas lumatanku tapi matanya masih tetap pada film itu, satu persatu jemariku meremas bagian dadanya dan aku cumbui lehernya sambil tangannya di leherku dia mendesah eeehhhh
lalu aku buka gaun tidur yang melekat di tubuhnya,terlihat sudah tubuh yang putih bersih itu
aku terus cumbui dan satu persatu BHnya aku lepas,aku muali cumbui puting susunya kak evapun menggelincang tubuhnya entah geli atu apa tapi aku tak hirauka aku tetap cumbui aku telusuri bagian tubuh nya sampai ke bagian perut,aku lepas CDnya yang berwarna pink dan eeehhhhh dia menahan nafas yang tersendat,terliht sudah paha mulus sekaligus kewanitaanya begitu lebat di tumbuih bulu2 hitam di sekitar vaginanya,bibirku mulai brcumbu ke arah bibir vagina kak eva ehhhhh lagi2 kak eva mendesah terus aku cumbui lubang vagina kak eva dan sambil mencengkeram rambutku eeeehhhhhhh ahhh,,,, aaahhhh terasa hangat mulutku merasakan cairan yg keluar dari dalam vagina kak eva,ternyata dia sudah orgasme,tanpa di sadari dia sudah megang penisku aku terus saja mencumbuinya,aku rebahkan dia di lantai dan aku muali naik di atas tubuhnya satu persatu aku buka clanaku hingga CDku,aku rentangkan kedua paha kak eva dan pelan pelan aku masukan dan ahhhhh,,,perih rintihnya kak eva,memang masih sempit akumasukan penisku yang berdiameter 15 blesss separoh batang penisku masuk dan ahhhhhh perihhh,,dan bleeessss masuk sudah semua batang penisku dan mulai aku kocok perlahan lahan,diapun begitu kencang memegang lenganku ehhhmmm ehhmmm,,,,lagi2 kak eva mengerang,sedikit aku percepat gerakanku kak eva meringis ringis sambil memejamkan matanya dan ahhhh ehhhmmmm akupun percepat lagi gerakanku dan ahhhh,,,ahhhhh,,,ahhhhh dia pegang lenganku erat2 dan orgasme lagi,tapi aku masih tahan,25 menit kemuadian,aku merasa ada sesuatu yang mau keluar dari batang penisku lalu aku percepat kocokanku kak evapun lebih kencang memegang lengan dan bokongku dan kita sama sama mengerang ahhhhh ehhmmmmm ahhhhhhh ahhhhhhhhh sambil berpelukan begitu eratnya diapun orgasme yang ke 3 kalinya,akhirnya kita sama2 terkulai lemas di lantai,5 menit kemudian kak eva bangun dari lantai dan pergi ke kamar tidurnya dengan diam tanpa berpakaian dan tanpa ada kata sepatahpun,akupun mulai punya fikiran bersalah lalu aku bangun dari lantai menuju kamar kak eva dan tanpa pakaian juga,aku liat kak eva sedang tidur sambil tengkurap lalu aku duduk di sebelahnya.akupun bingung dan serba salah
kak eva kenapa kak,
tapi masih diam tak menghiraukan ucapanku
kak eva ma'afin rendy yah,rendy tau rendy salah,sekarang apa mau kak eva
terus kak eva membalikan tubuhnya akhirnya berbaring tanpa sehelai benang pun tapi tetap masih diam,akupun jadi serba salah
lalu aku rebahkan tubuhku di sampingnya tapi tanganku aku taro di sebelah pinggangnya,aku lihat dia mengeluarkan air mata mungkin karena menyesali yang terjadi tadi
sambil aku sapu airmatanya pake tanganku aku cuma bisa berkata"kak ma'afin rendy ya" lalu aku perlahan ku kecup keningnya dan masih diam ku lepas kecupanku dan kutatap matanya tetapi masih diam hanya saling menatap,lalu aku coba kecup keningnya lagi untuk menenangkan situasi dan ku beranikan aku kecup juga bibirnya tapi tak balas juga tapi bibirku masih melumat bibirnya,akhirnya diapun membalas lumatanku,tanpa ada kata apa2 lagi kita terus saling melumat,hingga aku sudah ada di atas tubuhnya yg sama2 bugilnya,peniskupun mulai mengeras lagi,aku terus melumatnya hingga aku sampai leher dan turun kebawah aku mainkan puting susunya dengan lidahku dan dia menggelincang tubuhnya sekarang dia mulai agresif tangannya sekarang mengocok penisku,lalu aku balikan tubuhku dan sekarang tubuh kak eva ada di atas tubuhku dia malah lebih agresif mau mengulum penisku dan ahhhh ahhhhh,,, nikmat sekali rasanya,dan kak kak aku dah ngga tahan masukin dong,diapun menurut apa kataku,lalu kak eva muali memasukan penisku ke vaginanya kak eva dan blessss..blesss,,,,,sekarang giliran kak eva yang pantatnya naik turun naik turun ehhmmmm ehhhmmmm kak evapun mengerang 5 menit kemudian kak eva mengerang ahhhhh,,,,, ahhhhh,,,,,aku merasakan sesuatu yang hangat melumuri penisku ternyata kak eva sudah orgasme,sekarang giliranku untuk mengocok dengan posisi kak eva di bawah tubuhku akupun mulai memperkencang genjotanku dan 25 menit kemudian kita sama2 orgasme dan terbaring lemas,20 menit setelah istirahat kak eva bertanya rendy mau sampai kapan kita begini akupun ga tau rend,tapi aku takut suatu saat ada yang mengetahui pebuatan kita ini,sejenak kita berpikir,tiba2 kak eva berkata,rendy kita berjanji yah,selain kita dan yang di atas jangan sampai perbuatan kita ketahuan apa lagi sama ibu dan ayah mati kita rend,apa kamu mau berjanji rendalah mau janji kalo ada maunya aja.
tak terasa waktu menunjukan pukul 2.00 pagi,aku bangun dari tempat tidur kak eva,mau kemana rend kak eva bilang udah tidur disini aja
dan akupun peluk kak eva sampai akhirnya ketiduran sambil berpelukan <<kaya tele tabies>>
waktu sudah menunjukan 06.30 pagi bergegas kita bangun,kita saling sibuk sendiri, kak eva masak nasi goreng aku pergi mandi.rendyyyy,,, nasi goreng dah mateng nie sarapan yu,bergegas aku dari kamarku,aku lihat kak eva sudah berpakaian rapi dan terlihat sangat cantik aku di undang temen nikahan,tapi cepat pulang ya kak, emang kenap apa aku istrimu apa, pake kewajiban candanya uuhhh dasar adik kurang ajar,ya udah kak hati2,pergi sama siapa kak
sama temen2 tuh
ok deh,cepat pulang yah
dahhhhhhhh
waktu sudah menunjukan jam 12.30 siang,ko kak eva belum pulang ya,aku telvon ahhhh
segera aku telvon kak eva
halooo rendy ada apa
kok lama ga pulang2
ini lagi di jalan,bentar lagi nyampe
ya udah kak,ati2 yah
15 menit kemudian kak eva datang sambil bawa snack dari temen yang nikahan
apa tuh kak
snack nih,makan tuh,udah makan belum
belum
mau makan apa ntar aku masakin
bikinin mie deh kak
ya udah,aku ganti baju dulu yah
ya,tanpa sepengetahuan kak eva aku ikut masuk kekamarnya
sekarang aku sudah ada di kamarnya
akupun menyaksikan paha yang mulus dan tubuh yang sexi
ih rendy,dia kaget melihatku sudah ada di kamarnya
belum sempet pake baju langsung aku mendekat dan aku langsung menciuminya dan aku langsung cumbui kak eva
satu hari satu malam lagi ibu dan ayah kak eva pulang
kini aku 5 hari di rumah kak eva 3 hari berturut turut aku selalu bercumbu dengannya ngga siang ngga malamsiang ini saatnya ibu dan ayah kak eva pulang
telvon pun berbunyi
halooo ibu ya
ok bu jam berapa bu sampai di bandara
lalu kita pergi ke bandara untuk jemput orang tuanya kak eva,untung aku sudah becumbu tadi pikirku
sampailah kita di bandara dan orang tua kak eva sudah menunggu
bergegaslah kita pulang rumah
rendyy,km ga bosen nungguin kak eva di rumah
engg engg engga tante,malah betah tan'
oo ya sukur deh,berarti lain kali kalo tante dan om pergi kamu mau dong nemenin kak eva lagi
boleh tan,emang tante sama om mau pergi lagi
kayanya bulan depan ya pah
iya rend bulan depan om sama tante di undang ke singapura
habis ini rendy tidur semalem lagi yah di rumah tante
ngga usah langsung pulang
ma'af tante sore ini rendy harus pulang deh tant, om
malam ini rendy di undang temen ulang tahun
sampailah sudah di rumah
dan om sama tante cerita pengalamanya selama di jakrta
waktu sudah mulai pukul 07.00 wah aku harus pamit nih
tante,,,om,,, rendy pamit
mau pulang sekarang rend
iya tante
aku terus menuju kekamartidurku
tanpa sepengetahuanku kak eva sudah di belakangku
lalu kita saling bertatapan
lalu aku cium kening sampai bibirnya
saling melumat
kak eva rendy pulang yah
kak eva cuman mengangguk
inget janji kita ya kak,kalo kita sedang butuh kita selalu ada hehhe
diapun tersenyum manis
dalam waktu yang tidak lama aku pasti kesini lagi kak
sebenarnya aku masih mau kagi hari ini kak
hus,,, ada ibu sama ayah tuh
ya udah lain kali ya kakakku sayangggg
akhirnya perbuatan ini terus berlanjut tanpa ada orang yang mengetahuinya.

Tamat

tante ipar ku yg jutek

Pepatah mengatakan “rumput tetangga lebih hijau dari pada rumput dihalaman rumah sendiri”. Tapi buat yang satu nih mestinya pepatahnya “Santan tetangga lebih kental daripada dirumah sendiri”. Lho?
Ya iyalah karena cerita aku tuh bukannya dapat yang lebih muda, tapi dapat yang lebih tua dari yang dirumah, tapi ngelupaiinnya susah banget, bikin kecanduan dah. Sayangnya jarang banget dapat kesempatan seperti itu.
Emang menyebalkan kalo ditinggal sendiri dirumah, yah kalo ditinggal bini sih masih mending. Ini ditambah mertua juga ikutan pergi plus mesti jagain rumah keluarga yang disebelah lagi. Yah ndaa ada yang nyiapin makan malam ama kopi deh
Rumahku memang bersebelah dengan rumah kakek istriku dan tantenya. Lokasi rumahku pas pojokan sehingga teras belakang rumah berhadapan lagsung dengan dapur rumah kakekku dan garasi rumah tanteku, eh maksudnya kakek dan tante istriku yah.
Hari Jum’at beberapa bulan yang lalu pas liburan sekolah, aku mestinya sih pulang awal, tapi berhubung bini plus seabrek keluarganya sedang ada hajatan diluar kota dan mesti nginap sampe hari minggu, berhubung aku belum bisa cuti, aku ndak ikut sekalian jaga rumah, sedang dirumah kakekku juga ada tantenya biniku, (mohon maaf namanya diganti tante ris, biasanya aku panggil mbak ris) beda usia mbak ris dgn biniku juga ndak jauh-jauh amat cuma 5 tahun, malahan ada yang pangkat paman, nyaris seumuran ama biniku, maklum jaman dulu, emak sama anak bersaing dapetin keturunan.

He.he. sorry ngelantur bro.
Jadinya aku juga agak males pulang awal hari itu, lepas maghrib nyempatin diri cari makan malam, plus nongkrong dulu di warung kopi. Sejam nongkrong di warkop aku baru ingat kalo lampu dirumahku ama dirumah tante sebelah kan belum dihidupin, ya udah daripada rumah kemalingan aku pulang.
Sampe dirumah emang gelap, begitu juga rumah tanteku, hanya rumah kakekku saja yang sudah terang, kuhidupkan dulu lampu rumahku, kepingin rasanya cepat-cepat mandi dan on-kan komputerku terus surfing di DS. Tapi aku ingat kalo rumah tanteku belum dinyalain lampunya. Aku keluar lewat dapur dan langsung berjalan ke arah rumah tanteku menuju garasinya, sepintas kudengar suara air. Terlintas di otakku untuk mengintip, karena sudah pasti dirumah kakekku cuma ada Mbak Ris sendiri. Orang yang selama ini sering kucuri-curi pandang kalo lagi ada acara keluarga. Orangnya putih sama dengan biniku, karena emang keturunan orang putih sih. Bodinya sih tergolong umum, hanya saja kalo dilihat dari dekat disekujur tangannya ada bulu-bulu yang lebih lebat daripada wanita umumnya dan itu salah satu kelemahan aku terhadap wanita, kalo melihat yang tangannya seperti itu, kepingin rasanya diremas-remas. Sebenarnya nih tante yang satu tergolong jutek, biniku aja ndak terlalu suka ama dia, buktinya walaupun sudah punya 2 anak, tetap aja ditinggal sama suaminya yang aku nilai ndak bisa mengontrol istrinya, malahan takut kelihatannya, ah suami yang aneh.
Kembali ke cerita. Aku batal mengintip karena kudengar pintu berdenyit, wah aku terlambat, ada kesalnya juga sih, kenapa tadi ndak minum kopinya dirumah aja sambil nungguin tanteku mandi aja ya. He.he.. menyesal kemudian memang ndak berguna.
Ya udah aku langsung membuka pintu rumah keluarga biniku yang kunci rumahnya memang dititipkan ke aku. Kuhidupkan lampu rumahnya dan kuperiksa semua rumah itu memastikan semuanya aman-aman saja. Dari bagian belakang kuperiksa dapur dan kamar mandi, aman, dasar rumah ini juga nyaris seluruh penghuninya juga wanita, sepupu istriku kebanyakan masih gadis-gadis, sehingga di kamar mandinya bergelantungan celana dalam dan bra, memang sedikit membuatku terangsang jika membayangkan sepupu-sepupu istriku. Lalu kulanjutkan memeriksa kamar-kamar sepupu istriku, dasar anak gadis, CD kan BRA juga tergeletak sembarangan diatas tempat tidurnya, ndak mikir apa kalo aku yang mesti periksa rumahnya. Dikamar sepupu istriku yang tertua dan yang terkenal seksi dikalangan keluarga aku tergoda untuk merebahkan badanku, semerbak bau khas wanita menyerang hidungku, merusak otakku, sehingga aku benar-benar terangsang berada dikamarnya, mana ada CD yang aku yakin karena buru-buru mau keluar kota, main letakkan aja ditempat tidur nih. Ah beberapa menit yang menyenangkan berada disitu, untung saja aku sadar dan langsung bangun karena kuingat rumahku sendiri dapurnya terbuka. kumatikan lampu dalam rumah dan menghidupkan lampu-lampu luar, akupun bergegas pulang, karena badan sudah gerah dan pikiran jadi ngeres banget. Setelah mengunci pintu, aku berjalan ke arah rumahku, namun aku benar-benar kaget karena mendengar suara batuk wanita, nyaris copot jantungku karena kupikir ada mahluk gaib yang menegurku.
“Mas, habis ngidupin lampu ya?” yah pertanyaan basa-basih nih makiku dalam hati, jantungku sudah kembali normal setelah yang kulihat ternyata mbak Ris sedangkan merendam pakaian kotornya di pelataran cuci. Aku berhenti untuk menyapanya, dan ia menanyakan kok lama aku dirumah sebelah, dasar jutek juga nih orang, sampe kesitu lagi pertanyaannya. Jangan-jangan ngintip juga dia. Bodo ah, jadi kujawab sekenanya aja. Sekalian cari minum tadi kataku. Juteknya tanteku ini benar-benar ketutup karena pemandangan yang ada didepanku saat itu, aku sering sekali kalo sedang duduk di pelataran belakang menikmati kopi pagiku, melihat mbak Ris keluar dari kamar mandinya ke pelataran cuci rumah kakekku dengan tubuh yang hanya ditutupi handuk seadanya. Hampir setiap sabtu dan minggu aku menikmati dua kegiatan sekaligus. Tubuh putihnya memang begitu membangkitkan semangat hari liburku. He.he.he

Nah malam ini aku bisa melihat dari dekat, hanya dua langkah aja didepanku. Handuknya yang pendek ditambah posisinya yang sedikit jongkok tentu membuat handuk itu terangkat nyaris ke bokongnya.dari samping belahan susunya menyembul seperti hendak mencelat keluar menegurku. kutanyakan kok berani keluar sendiri mbak, terpaksa sih jawabnya karena memang tidak ada orang, “kenapa ?” tanyanya lagi. “yah mana tau ada yang niat jahat, terpancing ama mbak yang Cuma pake handuk aja”
Sambil tertawa dia menjawab “emang bisa ya orang lain terangsang”,
“mbak nih” jawabku ”jangankan orang lain, ponakan sendiri aja terangsang gini” jawabku seenaknya. Yang disambut tanteku dengan tertawa kecil.
“Ha.ha. keponakan ketemu gede” kata tanteku
“Gede apanya mbak?” pancingku. “Gede takutnya” dasar batinku dalam hati tapi lumayanlah buat cairkan suasana sementara aku mencoba mententramkan adik kecil didalam celana yang semakin tegang aja. Aku menemani mbak Ris mencuci sambil kita ngobrol kemana-mana sampai…
“Berani mbak sendirian dirumah malam ini?” tanyaku.
“Sebenarnya sih berani, Cuma gara-gara tadi nonton film hantu jadi agak takut juga nih, nyesal deh mbak buka TV, lumayan bagus sih filmnya”.
“Temanin mbak bentar ya nanti, sampe tidur aja, ntar mbak bayar dengan kopi. Ndak ada yang buatkan hari ini kan?”
“Siap mbak” jawabku, padahal aku sebenarnya sudah minum kopi.
Mbak Ris juga sudah selesai mencuci, “ya udah sana mandi dulu, tuh adiknya juga dimandiin jangan tegang melulu” Sialan dalam hatiku, ketahuan deh. Gara-gara pake celana kain kantoran nih. Sampe dirumah akupun langsung mandi, dinginnya air cukup membuat adikku jadi mengkerut dan sedikit tenang.

Selepas mandi, dengan baju tidurku dan celana pendek bahan kaos yang menjadi idolaku kalo mau tidur kukenakan, kalo malam aku memang paling ndak suka pake CD, bawaannya jadi lega banget kalo tidur, dan biniku jadi gampang kalo melorotin celanaku.
Setelah memeriksa kembali rumahku, dan mengunci pintu, aku bergegas kerumah kakekku melalui pintu belakang yang langsung berhadapan dengan pintu rumahnya. Pintunya tidak terkunci ketika aku mengetuk, Mbak Ris menyuruhku masuk dan kulihat ia sedang membuatkan kopi 2 cangkir.
Oh iya sekali lagi Tante biniku ini sering kupanggil Mbak, karena biniku juga memanggilnya demikian, mungkin supaya ndak ketahuan kali, kalo dia tuh tantenya. Sedangkan dia kalo manggil aku juga biasanya ‘Mas’ ikut-ikut sepupu biniku yang lain.
Ini dia cerita yang sebenarnya.
Malam itu mbak Ris memakai daster tidur yang waduh tipisnya sih ndak terlalu Cuma bayangannya itu lo, bisa kupastikan dia tidak memakai CD dan Bra, hmm mirip aku juga nih ternyata kalo tidur, semua peralatan dalam tidak dipakai. “keruang TV dulu sana mas kopinya udah hampir jadi” aku sedang menikmati pemandangan yang indah.
Akupun beranjak keruang TV yang Cuma ada kursi kecil dan permadani, yah kebiasaan keluarga, kalo nonton TV sambil baring, sedangkan kursi kecil tuh buat sang Kakek yang ndak tahan kalo lama-lama duduk di lantai.
“kok kopinya 2 mbak, buat siapa satunya?” tanyaku setelah duduk dilantai saat kulihat mbak Ris membawa nampan kopi. “buat mbak nih mas, ada film bagus jam 11 nanti” terus terang aku tidak terlalu memperhatikan omongannya, mataku sebenarnya sedang tertuju ke daerah perut mbak yang melangkah ke arahku, karena kulihat sedikit bayang hitam diantara pahanya. Nih kopinya mas, jangan matanya aja yang minum, katanya membuat aku terpaksa harus mengalihkan pandanganku ke TV. Waduh bakal lama nih nemanin si Mbak, pake minum kopi lagi dia, bakalan susah tidur tuh. Tapi kapan lagi ya aku bisa menikmati kopi ditemani tante biniku dengan dasternya yang tipis.
Aku duduk dilantai sementara mbak Ris mengambil posisi duduk dikursi antara aku dan TV, lumayanlah sesekali melihat bayangan susunya yang bergayut ditubuhnya yang ternyata padat juga walaupun tidak montok.
Kita berdua ngobrol kemana-mana sambil nonton TV, dan sesekali menyerempet ke arah sex. Akhirnya akupun tau ternyata Mbak sering marah dengan suaminya dulu karena sering belum mencapai klimaks si om udah keburu muncrat, mana langsung loyo lagi, sehingga terpaksa Mbak Ris harus menyelesaikannya sendiri, dan kalo ndak tuntas itu yang membuat emosinya sering meledak esoknya.

Jam saat itu menunjukan angka 10.30, kutawarkan ke Mbak Ris untuk mematikan lampu ruang tamu, “sekalian aja mas lampu ruang ini diganti dengan lampu kecil ya” yah mumpung adikku (maksudnya Mr P ya) ndak lagi tegang. Kuletakkan bantal yang dari tadi berada di atas pahaku, menutupi adikku dan kumatikan lampu. Kopi buatan mbak Ris pun telah habis kuminum, jadi sambil menonton TV aku merebahkan badan, ke bantal sedangkan bantal satunya lagi kupeluk supaya menutupi pergerakan adikku yang sudah seperti dongkrak aja nih.
Filmnya semakin seru karena memang sudah hampir selesai, kulihat Mbak Ris sedang konsentrasi memandang ke arah TV, aku tdak bisa menikmati tontonan TV malam itu, yang kupandang hanya tubuh moleknya yang duduk di atas kursi pendek tanpa sandaran itu, mungkin Dengklek yang agak tinggi, kata orang jawa. Remangnya lampu dan posisi mbak yang berada ditengah antara aku dan TV membuat bayangan tubuhnya semakin kentara, kedua bukitnya justru semakin kelihatan bentuknya, di dua bukit itu terdapat benda sebesar biji jagung, daster tidurnya yang pendek menyingkapkan pahanya yang mulus. Sesekali aku terpaksa menonton TV karena mbak masih mengajakku ngobrol. Akhirnya selesailah sudah film di TV. Aku sedikit menghela nafas karena berarti aku sudah harus pulang.
Saat aku hendak bangun, mbak bertanya “Mau kemana mas? Kan filmnya baru mau mulai nih”
“ndak ngantuk mbak?”
“kan udah ngopi, temanin mbak ya, buru-buru aja mau pulang"
"enaknya sambil baring ah nontonnya” si mbak langsung mengambil bantal yang kupeluk, “ha.ha.. rupanya ada yang bangun ya” memang saat itu posisi adikku sedang tegang benar.
Setelah iklan filmpun dimulai, kami berdua sama-sam berbaring bersebelahan, “kasihan adiknya, ndak ada sarangnya nih malam ini” kata mbak Ris saat jeda iklan. Kubalas juga, “tuh kaki ngapain mbak dari tadi dikepit melulu, emang apanya yang dijepit tuh” si mbak tertawa sambil memukulkan bantalnya ke arahku, kami bersenda gurau saat-saat jeda iklan, dan mbak masih juga memukulku dengan bantal terkadang mencoba mencubitku, sampe akhirnya aku terpaksa menangkap tangannya, ia mencoba melepaskan tangannya supaya bisa mencubitku lagi. Kali ini aku memegang tangannya dan tidak kulepaskan, sampai akhirnya tangannya melemaskan diri tanda sudah menyerah.
Aku tetap tidak melepaskan peganganku namun aku sudah mengendorkannya. Aku benar-benar menikmati menyentuh kulit tangannya dengan bulu halusnya itu. kali ini aku mengelusnya menggunakan telapak tanganku, mbak diam saja.
Aku mencoba yang lebih berani lagi, karena juteknya tanteku yang satu ini membuatku mesti perlahan-lahan. Biar saja dia hanyut dalam sungai yang tenang ini. Kugenggam jari-jari tangannya, mbak membalas dan meremas jari tanganku pula. Lalu pelan-pelan kuangkat tangan kirinya dengan tangan kananku kubawa tangannya ke arah adikku, dan benar Mbak Ris menurutinya kuletakkan tangannya di atas Mr P, dan kulepaskan genggamannya.
Ternyata disitulah mulai kutahu Kelapa yang lebih tua memang banyak santannya. Mbak Ris menekan Mr. P kearah tubuhku sambil menggerakkan tangannya maju-mundur pelan-pelan dengan belakang telapak tangannya. Akupun memindahkan tanganku ke atas pahanya, namun dengan lembut mbak Ris menahan tanganku. Aku harus bertahan untuk menyentuh gundukan diantara segitiga itu. Mbak Ris terus mengusap milikku dengan belakang tangannya, hingga akhirnya ia membalikkan telapak tangannya dan menggenggam p-ku. Dan perlahan ia mengeluarkannya dari lubang bawah celana, menarik celanaku sehingga p-ku mencelat keluar dari celana dalam berbahan kaos itu. dengan jarinya iapun mengusap-usap p-ku. Ujung kukunya bukannya membuat sakit, justru membuat sensasi yang beda. Perpaduan rasa enak dan sedikit perih telah membuatku benar-benar melayang. Bokongku terangkat mengikuti irama tangannya, seperti naga barongsai yang mengejar bola api.
ia pun mulai mengusap kepangkal p-ku, menyentuh bola sebesar pimpong itu, menarik tangannya kearah pusar, aku tau saat itu ia ingin aku melepaskan celanaku. Saat aku harus sedikit terbangun melepaskan celanaku aku berpaling ke arahnya, mataku tertuju mulai dari gundukan dibawah pusar, seperti sebuah senter kuterangi lekuk-lekuk tubuhnya sampai kedaerah dadanya yang membusungkan dua bukit kembar bermahkotakan biji jagung, yang walaupun sudah 10 tahun lebih tidak tersentuh namun masih tetap mengencang dan menantang. Hingga kutatap wajahnya, kali ini wajah judes sudah hilang, senyum dan matanya mengalirkan air yang membuat lelaki muda dapat takluk, dan tenggelam didalamnya. wajahnya memang tidak secantik dan semuda istriku (maaf ndak ge-er ya) namun malam ini dengan senyumnya itu, mbak Ris membuatku lupa akan istriku yang entah mungkin malam itu sedang ikut cara midodareni di kampung, kontras sekali. Bibirnya yang tersungging dan dibasahi dengan lidahnya itu membuat medan magnet yang menarik wajahku mendekatinya. Kucium bibir mbak Ris, kulumat perlahan bibir atas, kulepaskan, tangannya menarik kembali leherku, kucium lagi bibir bawahnya, kulepaskan dan kurasakan air liurnya yang tadi membasahi bibirnya seperti menempel pada bibirku, tak ada rasa geli, justru seperti aku sedang menikmati wine yang dipendam dalam gudang bawah tanah selama ratusan tahun. Aku seperti kecanduan air itu segera kulumat lagi bibirnya, kali ini kutambahkan dengan mengeluarkan lidahku kemulutnya, menghunjam mencari sumbernya, dan dijaga oleh lidahnya yang menyambut lidahku, memberi air itu pada gersangnya lidahku.
Tangan tanteku yang sedang memeluk leherku segera kutangkap dan terus kulumat bibirnya. Kugenggam kedua jari tangannya, sambil perlahan aku memindahkan tubuhku keatasnya. Kuletakkan kedua tangan diatas kepalanya, posisinya saat itu seperti wanita yang telah benar-benar pasrah, rasa penasaranku pada tangannya tidak kusia-siakan, kualihkan ciumanku ke lehernya, menjilati leher dan belakan kupingnya, membuat kakinya yang tadi terbujur menjadi tertekuk, aku sedikit mengangkat bokongku, dan aku yakin ketika tubuhku juga bergerak turun pasti baju bawahnya juga melorot, karena kurasakan p-ku menyentuh vaginanya langsung.
Kuteruskan ciumanku ke bawah menyusuri lengan tangannya, kucium leengan tangan yang ditumbuhi bulu halus itu, p-ku juga bergerilya menyentuh v-nya tanteku sedikit mendorong-dorong, membuat mbak Ris semakin melebarkan selangkangannya. Tapi aku tidak ingin segera menyudahi.
Kulepaskan genggaman tanganku, kucium lagi bibir mbak Ris, nafasnya sudah tidak teratur seirama dengan nafasku yang semakin memburu. Mbak Ris kini menarik baju kaosku dan aku ‘tottaly nude’. Dibarengin dengan lidahnya yang kini gantian menyeruak masuk kedalam mulutku, yang kubalas dengan menghisapnya. Begitu lihainya ia membangkitkan nafsu, dengan mulai mengusap-usap dadaku, sesekali menyentuh biji jagungku juga.
Akupun mengerti dengan keinginannya, segera aku merangsak ke daerah dadanya yang selama ini juga cukup membuatku penasaran. Mbak Ris membuka kancing daster bagian atasnya, menunjukkannya padaku sambil menyentuh sendiri buah biji jagung itu dengan jemarinya. Sementara aku membiarkannya sesaat.
Tak tahan aku menunggu lama-lama tangankupun segera mengambil alih fungsi tangannya, kuremas kedua bukit itu, dan kulumat bijinya. Kumainkan lidahku layaknya yang sering DS-er lihat di film xxx, sedikit gigitan kecil ternyata justru membuat bokong tanteku ini terangkat, mbak Ris seperti ingin aku segera memasukkan p-ku kemiliknya, aku masih belum mau. Bisa-bisa aku nanti kalah perang deh seperti suaminya yang dulu. Nafasnya kini tidak lagi melalui hidung tapi sudah terdengar melalui mulut dan menambah gairahku.
Puas kuremas bukit kembar itu segera aku turun ke daerah pangkal pahanya, serta merta mbak Ris menarik tubuhku ke atas, tersirat dimatanya ia tidak ingin aku melakukan itu. kuberi ia senyum yang menurutku saat itu lumayan indahya buat dia (he..he..) posisi wajahku tetap berada di antara pahanya, kali ini tanganku kembali meremas susunya.
Kembali mbak Ris berdesah, dan memejamkan matanya, kali ini dengan perlahan kuturunkan kepalaku v-nya, lidahku langsung kuarahkan ke clitnya, benar seperti dugaanku kali ini ada respon baik, ia tida lagi menarik tanganku dan justru menggenggam tanganku untuk terus meremas susunya. Tiga kali jilatan kuangkat wajahku menatapnya, dan matanya kembali terbuka dan tersenyum, sedikit anggukan sudah memastikan bahwa aku boleh melanjutkan jilatanku pada clitnya. Benar-benar cara bercinta yang tanpa kata-kata, cukup kode saja kita berdua sama-sama tau apa yang harus dilakukan, itulah enaknya bercinta dengan wanita yang lebih tua, santannya memang lebih kental.
Kulanjutkan mencumbu clitnya dengan lidahku, sesekali kulumat bibir v-nya dengan bibirku, kuarahkan lidahku ke bibir v-nya, tante istriku semakin menggeliat, tanganku yang sudah tidak meremas, susunya karena ia telah melakukannya sendiri benar-benar membantuku.
Sambil terus menjilati v-nya dengan bau khas yang membuat para lelaki sulit tidur itu tanganku mulai memainkan v-nya. Perlahan kumasukkan jari telunjukku, aku tidak ingin nanti pada saat penetrasi ia kesakitan. Tubuhnya mengejang dan peret sekali, persis seperti saat aku mengambil mahkota istriku dimalam pertama kami. Cerita tentang bagaimana mbak ris memenuhi kebutuhan biologisnya nanti aku ceritakan deh, karena aku mendapatkannya setelah ML.
Kucabut perlahan tanganku dan terus kumainkan clitnya meskipun v-nya sudah basah tapi karena sempitnya ruang itu aku harus pelan-pelan. Kali kedua aku sudah lebih mudah, dan sudah seluruh jari telunjukku bisa menerobos kedalam, gerakan jariku yang maju mundur pun sudah bisa dinikmati oleh mbak Ris yang kali ini. Desahan yang diselingi teriakan kecil nikmatnya itu seolah membuah aku tidak ingin berhenti menjilati dan memasukkan tanganku kedalam relung yang sudah basah itu, sampai-sampai airnya keluar membasahi daerah v-nya bercampur dengan liur dari bibirku yang juga menikmatinya. Kumanfaatkan jari tangan kirinya mengusap cairan itu dan membawanya ke daerah anal.
Serviceku malam itu memang tidak tanggung-tanggung. Sementara lidahku memainkan clitnya. Jari telunjuk kananku masuk ke v-nya, tangan kiriku bermain ke daerah analnya, karena dengan kedua tangannya mbak Ris menahan pahanya sehingga posisi bokongnya terangkat. Telunjukku yg memainkan lobang itu ternyata dinikmati olehnya kumainkan di sekitar lubang itu. dan dengan pelan kucoba menusuknya dengan jariku. Mbak Ris menikmatinya kulihat dari wajahnya yang tidak sedikitpun menunjukkan penolakannya.
Ingin kuteruskankan permainan tadi tapi berhubung aku juga sudah mulai tidak tahan mendengar desahannya kututup dengan mencium seluruh bagian v-nya dan kedua lubang itu, menandakan aku sanga menikmatinya.
Aku bergerak ke atas, dan mbak Ris melepaskan tangan dari pahanya, kutindih lagi tubuhnya dan kucium bibir mbak Ris, yang membalasnya seperti ingin meminta bagian dari sisa-sisa air yang ada di bibirku, kucoba kumasukkan p-ku kedalam v-nya. Tangan mbak Ris menuntun p-ku ke lubang v. dengan sedikit gerakan kepala P-ku sudah berhasil menembusnya. Kutekan kedalam, pegangan mbak ris yang mencengkeram lenganku pertanda ia sedikit kesakitan, kucabut P-ku, mata mbak Ris terbuka, kami beradu pandang, kulanjutkan memasukkan P-ku seperempat bagian telah masuk, basah namun seret, kali ini wajah mbak Ris tidak seperti menahan sakit, kuteruskan mendorong P-ku kedalam, mbak menatapku dan kulihat ia sudah mulai menikmati, kuteruskan mendorong kedalam dan akhirnya seluruh P-ku telah masuk kedalam.
Wajahnya menatapku yg mengartikan ia tidak lagi sakit, lalu kucium bibirnya, mbak Ris memjamkan matanya, kubiarkan sesaat P-ku didalam situ karena kurasakan seperti ada yang membetot didalam sana, aku merasakan sensasi yang baru. Lalu mulailah aku melakukan penetrasi sebenarnya, kulakukan gerakan misionaris seperti biasa. Permainan mbak Ris tidak kalah hebatnya. Dengan suara desah dan teriakan kecilnya itu aku semakin cepat melakukan gerakan. Kami teruskan permainan hingga aku merasakan aku bisa-bisa orgasme lebih dulu.
Kutarik keluar P-ku dan ternyata membuat mbak Ris seperti mendapatkan kesempatan, diciumnya aku lalu ia membalikkan badannku ke bawah. Kini posisi Mbak Ris ada diatasku, rasa panas membuat ia membuka dasternya dan membuang kesamping, aku mempunyai kesempatan mengatur kembali nafasku. Tubuh mbak Ris yang hanya di terangi oleh lampu remang-remang sangat bagus untuk orang seusianya. Kini aku menyaksikan lagi dua bukit yang bergayut itu tanpa ada halangan. Ia pun mulai mengarahkan P-ku yang sudah tegang itu kedalam V-nya. Setelah itu ia mulai melakukan gerakan naik-turun, kenikmatannya dapat kurasakan, dan sungguh enak saat ia sesekali melakukan gerakan seperti ngebor, tapi ndak seperti inul ya. Variasi yang nikmat dari seorang tante yang terkenal judes.
Sampai akhirnya aku merasakan aku akan keluar, namun kurasakan gerakan mbak Ris yang semakin cepat bahwa ia akan segera orgasme juga, tidak tahan lagi aku berbaring segera kudekap tubuh mbak Ris, dengan posisiku yang sedang duduk semakin erat kupeluk dia semakin kuat juga mbak Ris memelukku sampai saatnya, aku harus melepaskan tembakanku dilubangnya disaat yang sama mbak Ris berteriak penuh kenikmatan. Kita berdua bisa sama-sama mencapai klimaksnya disaat yang benar-benar tepat.
Kami terus berpelukan mengatur nafas, aku tidak ingin mencabut P-ku, kubaringkan mbak Ris ke lantai pelan-pelan. Setelah aku bisa menindihnya aku menciumnya. Kubiarkan saja P-u didalam sana, yah mumpung masih tegak, emang kebiasaanku nanti kalo sudah normal baru aku mencabutnya. Ternyata perkiraanku tepat, hal ini juga sering terjadi pada istriku, nafas Mbak Ris kembali mendengus, kali ini akhirnya keluar juga kata-kata dari mulutnya. “Mas, aduh mas, mbak lagi nih” sambil memelukku dengan keras. Kutekan lagi lebih dalam P-ku ke lubang itu, sampai ia benar-benar lemas, dan biasanya punyaku juga sudah melemas. Mbak Ris juga mengalami dua kali Orgasme.
Setelah itu aku berbaring disamping mbak Ris dan menggenggam tangannya.
“Tidur didalam aja yuk mas, ndak usah pulang aja ya malam ini,” ia mengajakku berbaring dikamarnya dan kuiyakan, karena aku pikir kapan lagi bisa semalam bersama tanteku yang jutek.
Mbak Ris duluan kekamarnya dengan membiarkan tubuhnya tanpa baju, dasternya hanya dibawa kekamar saja. Kumatikan TV, sambil kukenakan celana pendekku, memeriksa pintu belakang, lalu kususul mbak Ris dikamarnya. Kulihat dasternya tergeletak disamping tempat tidur. Akupun berbaring disampingnya masu kedalam bed covernya.
Kita berdua belum bisa tidur, kami berbincang-bing lebih dalam lagi, dan dari situlah aku tau gimana ia memenuhi kebutuhan biologis.

arti senyum ibu

Sejak menjadi lumpuh akibat kecelakaan 7 bulan yang lalu nampaknya ayahku semakin depresi dari hari ke hari, sehingga suatu hari dia tiba-tiba ngamuk. Dia mengusir kami keluar dari rumah.
Awalnya kami tidak menghiraukan omongan dia yang marah itu, tapi ketika melihat dia merangkak kedapur dan mengancam akan membakar rumah, kamipun mulai keluar.
Ibuku, aku, dan adik perempuanku yang masih berumur 7 tahun hanya bisa menangis sambil membawa keluar barang-barang berlomba dengan api yang terus melahap rumah kayu kami sementara orang-orangpun mulai berdatangan untuk menolong dan menonton.
Untunglah ibuku sempat mengambil simpanan uang sekitar 9 jutaan, dan perhiasaan, sementara aku dan adikku sempat membawa hampir semua pakaian kami.
Nampaknya tidak ada pilihan lain untuk menghemat uang, kami terpaksa mengontrak sebuah rumah kecil yang tidak jauh dari situ.
Rumah itu benar-benar sempit bagi kami bertiga, sehingga kamipun harus tidur satu kasur di dalam kamar tidur yang memang cuma satu.
Namun yang menjadi masalah besar bagi kami, yaitu kami harus berurusan dengan polisi, sebagai buntut dari kasus bunuh diri ayah.
Hampir 2 minggu baru kami bisa merasa tenang, setelah urusan itu selesai, ibupun bisa kembali bekerja di sebuah salon dan sekolah akupun tidak lagi terganggu.
Hari-hari berlalu kamipun mulai bisa melupakan masalah besar yang pernah menimpa kami, dan canda tawapun mulai ada diantara kami meskipun masih jarang.
Memang semua sudah mulai normal tapi aku malah semakin tidak normal, dari malam ke malam aku semakin gelisah, setiap melihat ibuku mulai berbaring, hatiku terasa menyadari bahwa ibuku kesepian sejak ayah sakit, dan aku ingin menggantikan posisi ayah memeluk dan menindih ibu.
Tapi benarkah ibu merasa kesepian dan maukah ibu jika aku lakukan itu?Memang meskipun kami tidur satu kasur, namun saking sibuknya kami kadang tidak waktunya ngobrol, kalau malam kadang malas ngobrol karena tidak mau menggangu adikku yang mau cepat tidur.
Suatu malam ketika seperti biasanya kami mulai duduk diatas kasur hendak tidur, sementara adik duluan tidur ditengah antara aku dan ibu, aku coba berbicara: "bu, ada yang ingin aku omongkan"
"kenapa nak?" ibu dengan suara lembut.
Aku menarik nafas panjang:"nampaknya kita harus ngobrol diruang tamu aja, ga pa-pa kan ma?"
Aku duluan duduk diatas sofa yang sudah robek-robek tapi masih lembut diruang tamu itu kemudian ibu mengikuti duduk diujung sofa."Ada apa nak" ibu bertanya lagi sambil seperti menahan kantuk.
"Ga pa-pa kok ibu, aku cuma rindu dan pingin ngobrol sama ibu, ga marahkan!"
"Ah! Masak marah sih!" ibu tersenyum.
"Bu," aku menarik nafas, "apa ibu ga ada rencana nikah lagi?"
Ibu tersenyum lagi, "ha..ha.. kenapa memang?"
"Ga pa-pa, tapi ibu ga kesepian?" aku memberanikan diri memandang wajah ibu.
Ibu terdiam kemudian menunduk.
Dengan jantung berdenyut hebat, aku mulai mendekati ibu, langsung memegang tangannya.
Sementara ibu masih terdiam menunduk, aku mulai memeluk lembut.
"Kenapa kamu grosi?" ibu tiba-tiba berbicara membuat aku terkejut.
"ga-ga..." aku gugup.
Membuat ibu tersenyum lagi namun untuk senyum yang ketiga kali ini aku tafsir sebagai sinyal bahwa ibu mengerti perasaanku.
Untuk itu aku coba mencium pipinya.
Ternyata benar ibu menikmati, sehingga aku merasa diberi kekuasaan untuk mengecup bibirnya dan terus melumat.
Seperti biasanya dalam dunia kasmaran, kami duapun saling mematuk, berlomba memberi kenikmatan dan secara otomatis tanganku meraba dan terus membukakan pakaian ibu.
Payudaranya sudah tidak kencang lagi, tapi aku begitu berhasrat mengenang masa balitaku dengan mengisap pentil kemerah-merahan itu.
Dengan sedikit panduan dari ibu akupun mulai memasukkan penisku, karena memang ibu sudah mengambil posisi menekukkan lututnya, namun ketika aku mulai memperkuat goyangan, mungkin karena sofa 'klasik' itu ikut bergoyang sehingga menimbulkan suara, membuat adikku yang dikamar tiba-tiba terbangun dan langsung memanggil "mama!"
Kami dua kaget, dan spontan aku mencabut penisku sekaligus mengambil pakaian masing-masing untuk menutupi tubuh.
Dengan ekpresi gusar ibu masuk kemar sambil berbicara: "kenapa nak, ini ibu disini" lalu kembali kepadaku dikamar tamu dengan membawa selimut.
"Kita ulang lagi ya, sayang" suara ibu terdengar serak.
Kami duapun segera mengambil posisi diatas sofa, mengabaikan kemungkinan adik terbangun lagi.
Namun ketika aku hendak memasukkan penisku lagi, tiba-tiba ibu berbicara: "biar ibu aja yang diatas, biar suaranya ga kuat" ibu sepertinya menghindari suara goyangan sofa yang bisa membuat adikku terbangun lagi.
Tapi sama saja, goyangan ibu juga membuat ada bunyi-bunyian disofa tua itu, namun ibu sepertinya tidak mau peduli, dia terus saja membuat aku merasakan kenikmatan tiada tara, sehingga sebuah panggilan terdengar: "mama!"
Ibu cepat-cepat mengambil selimut kemudian menutupi tubuhnya dan bagian bawah tubuhku."Mama kenapa disitu?" adikku menghampiri kami dengan ekspresi penasaran.
"Ka..ka..mu liat ibu lagi mijat kakak mu!" ibu menaruh tangannya diatas dadaku yang telanjang.
"Memangnya kaka sakit apa?"
Ibu tidak menjawab dan akupun tidak mampu menjawab karena ibu mulai bergoyang lagi dengan lembut didalam selimut.
“Sudah kamu tidur saja nak, ini sudah malam, tidur sendiri dulu ya ibu mau mijitin kakak” kata ibuku kepada adiku.
Setelah adikku masuk kamar kami pun kembali melanjutkan persetubuhan kami.
Setalah yakin adikku tertidur kembali kamu pun bertukar posisi, aku menindih ibuku, aku pun memompa penisku keluar masuk vagina ibu, sampai akhirnya aku tumpahkan spermaku disana.
Persetubuhan it uterus kami lakukan di hari-hari berikutnya sampai akhirnya 6 bulan kemudian ibuku positif hamil.