Setelah seminggu kami menikah, akhirnya aku menjadi terbiasa di rumah
mertuaku. Aku memang bekerja di kota S, sedang keluargaku berada di
desa. Aku dan isteriku mendapat kamar di lantai dua. Di lantai dua, ada
seorang adik iparku lakilaki belum menikah. Isteriku tiga bersaudara.
Dia anak perempuan satu-satunya. Dia diapit oleh dua saudara
laki-alkinya. Yang sulung juga belum menikah dan kini masih kuliah di
Australia.
Aku cepat pulang dari biasanya. Isteriku masih bekerja di kantor. Di
rumah hanya ada seorang pembantu dan ibu mertuaku. Saat aku melintasi
kamarnya yang berada di bawah tangga, aku melihat ibuku sedang berganti
pakaian. Nampaknya daia baru mandi. Entah kenapa, mata kami beradu.
Dengan cepat aku menunduk. Aku cepat ke lantai atas. Tapi dadaku
berdebar kencang. Gila! Tubuh ibuku, ternyata sangat sempurna, walau
sudah melahirkan tiga anak. Usianya yang 42 tahun benar-benar masih OK.
Dadanya masih kelihatan mulus, kencang dan putih sekali. Dengan cepat
aku memasuki kamar mandi dan membersihkan diriku. Kuganti celana kerja
dengan training spark. Aku memakai kaos longgar saja. Saat keluar kamar,
aku melihat ibu mertuaku ada di lantai dua.
"Nak...Wawan, kamu tadi sempat lihat mama, ya?" tanyanya. Aku gelagapan.
Mata kami sudah beradu, untuk apa berbohong, apalagi membohongi hatiku.
"Ya..ma. Kenapa mama tidak menutup dan mengunci kamar rapat-rapat," kataku.
"Siapa sangka kamu pulang cepat. Tidak biasanya. Ya sudah...tak perlu
ngomong bilang siapa-siapa," katanya. Aku tersenyum. Lalu kami turun ke
lantai bawah untuka makan siang. Saat mau menuruni tangga tak sengaja,
tanganku menyenggol buah dadanya. Empuh sekali.
"Tu...kamu sudah menyentuh...?" Mertuaku tak meneruskan perkataannya.
"Maaf ma...Maaf. Tak sengaja," kataku. Mata mamaku tajam menatapku. Aku
tak mengerti apa makna tatapannya itu. Apakah marah atau bagaimana. Lama
kami diam dan saling menatap. Tiba-tiba geloraku naik. Dadaku terasa
menggemuruh. Kupegang bahu mertuaku. Ingin aku menentramkan hatinya.
Saat aku menyentuh bahu kanannya, mertuaku tersenyum. Ah...perduli amat.
Toh enggak ada saksi, kata hatiku. Langsung saja kupeluk mertuaku yang
seksi itu.
"Waannnn..." tangkisnya. Tapi kedua tanganku sudah memeluknya. Mulutku
sudah mengecup bibirnya. Buah dadanya sudah menempel di dadaku. Aku
terus melumat bibirnya, sampai kondenya terlepas. Kuremas-remas
pantatnya.
"Wan...nanti kelihatan si Inem lho..."
"Inem lagi keluarkan, Ma?"
"Sebentar lagi datang."
"Nanti dia pasti menekan bell, kan?" kataku terus memeluk mamaku.
"Jangan Wan...ketahuan papa mu dan isterimu. Gila kamu."
"Mama diam saja," kataku. AKu terus memeluknya, kini aku meremas teteknya yang masih terbalut pakaian dan Bra.
"Mama enggak mau Wan. Kamu kan menantu mama."
"Sabar ya Ma. Kita sama-sama nakal kan?" kataku terus juga membuka
kancing baju mertuaku. Ah...begitu cepatnya tanganku bekerja, hingga
tetek putih itu sudah terlepas dari pembungkusnya. Kulumat putingnya dan
aku mempermainkan lidahku. Tubuh mertuaku kusandarkan ke dinding
tangga.
"Wa...mama enggak mau. Takut..." AKu tak perduli. Sudah kepalang
tanggung. Tanganku mulai meraba mmeknya dri balik CD nya. Tiba-tiba
terdengar suara bell.
"Tu...kan...? Ayo kamu yang buka. pasti si Inem. Aku bereskan dulu kondeku."
Aku langsung turun ke bawah dan membuka pintu pagar. Sengaja aku
berjalan lambat, agar Inem tak cepat memssuki rumah. Setelah Inem masuk
dan ke dapaur, mertuaku turun dan menemui Inem ke dapur. Aku mendengar
pembicaraan mereka. Mertuaku meminta agar dia tidak diganggu, karean mau
istirahat di kamar. Sedang aku, dikatakannya juga sedang mengerjakan
pekerjaan kantor di kamar atas, juga tidak diganggu. Inem mengiyakan.
AKu cepat lari naik ke lantai dua. Dari atas, aku mengirimkan SMS kepada
mertuaku.
"Ma...cepat naik ke atas, biar kondenya saya betulin."
AKu menunggu balasannya. Benar saja, tak lama kemudian aku mendapat jawaban dari SMS mertuaku.
"Ntar...tunggu saja. Belum aman." Gila. Itu artinya, mertuaku akan
menyusul aku ke lantai dua. Padahal aku hanya iseng saja mengirimkan
SMS, mau tau apa jawaban mertuaku.
Tak sampai 5 menit, mertuaku datang ke lantai dua dengan memakai
dasternya. Dia sudah melepas sanggulnya dengan rambut digerai. Langsung
kupeluk dia. Ah...terasa empuk sekali dadanya yang tak dilapisi bra.
Kuraba memeknya, juga tidak memakai CD. Gila sekali. Berarti mertuaku
juga kepingin bermesraan denganku. Tak kusia-siakan kesempatan itu.
Kuseret dia ke kamar khsus untuk tamu. Kukunci secepatnya. Dengan cepat
pula aku menelanjangi diriku. Kulihat mertuaku tersenyum melihat penisku
yang sudah menegang.
"Kamu sungguhan mau menyetubuhi, mama?" Basa-basi gila, pikirku. Pake nanya segala. Lalu mau apa, kan aku sudah telanjang!
Tak perlu aku menjawab pertanyaan gila itu. Langsung saja kuangkat
dasternya dari bawahke atas. Tubuh mamaku benar-benar masih indah. Putih
bersih dan masih ramping, berbentuk tanpa lemak di pinggul dan
perutnya. Aku langsung emnciuminya, meraba dan menjilatinya. Mama tak
mau kalah. Dia lebih agresif lagi menjilati tubuhku. Kamu saling
menjilati dan meraba, mengisap, mengelus dan memeluk. Indah sekali
rasanya, bercinta dengan wanita yang berpangalaman. Aku justru seperti
dituntun untuk melakukan apa yang dia lakukan serta menjilati apa yang
dia jilat. Kutolak mertuaku ke atas tempat tidur. Dia langsung
emngangkangkan kedua pahanya lebar-lebar. Aku menindihnya dan memasukkan
penisku ke dalam paginanya. Aku memompanya. Mertuaku menggamit
tengkukku. Setelah lidahku berada dalam rongga mulutnya, kini tubuhnya
meliuk-liuk bagaikan ular sawah yang berada di air yang sedikit sekali.
Gila. Ak terjungkit-jungkit di atas tubuhnya. Keringatr kami, membuat
sekujur tubuhkami menjadi basah.
"Ma...ampuuun, aku mau sampai ma...?"
"Tahan dulu. Jangan dulu..."katanya sembari menggigit lidahku kuat-kuat.
Aku kesakitan dan hanya bisa mengeluarkan desahan saja, seab lidahku
ada di kulumannya. Setelah itu mertuaku melepas lidahku yang sakit
sengaja dia gigit. Rasa mau orgasme seketika menjadi hilang, diganti
rasa sakit di lidahku. Mertuaku terus menerus meliuk-liukkan
tubuhnya dari bawah. Aku terbawa olehliukan tubuh yang gemulai itu. Di
jepitnya kedua kakinya ke pinggangku dan leherku dikepit oleh tangannya,
Kepalaku sudah berada di lehernya da sebelah tangannya memeluk
pingangku. Liukannya semakin cepat membuat tubuhku ikut
bergiyang-goyang. AKu tak perlu lagi memompa penisku ke dalam memeknya,
karean liukannya, membuat penisku bis akeluar masuk dengan sendirinya.
Benar-benar gila, mertuaku. Liukannya berhenti seketika dan kakinya
menjepit lebuih kuat serta leherku terasa sakit dijepit tangannya. Aku
merasakan ada desir air hangat di kepala penisku. Mertuaku sudah
orgasme.
"Ayo...puaskan dirimu..." katanya, setelah jepitannya melemah. AKu
memeompanya dan membangun nafsuku yang hammpir hilang. Saat aku
memompanya, mertuamu mengelus-elus punggungku dengan lembut. Tak lama,
aku orgasme. Kami sama-sama lemas. Begiti kami usai istirahat, aku
membersihkan diri ke kamar mandi dan mertuaku juga. Dia terus
tersenyunm.
"Kapan-kapan, kita betulin lagi konde mama ya," katanya sambil berlalu.
Sejakl saat itu, kami terus melakukannya, kapan sja kami mau
melakukannya pada saat-saat aman. Hingga pada suaru sore di kantor, aku
mendapat SMS dari ibu mertuaku.
"Mama di Kamar 612 Hotel S. Mau memperbaiki konde. Kalau bisa Jemput Mama, Minta izin pada isterimu."
Dengan cepat aku menelpon isteriku, mengatakan aku terlambat pulang
karena ada urusan kantor. Isteriku mengingatkan aku, agar hati-hati.
Kupacu mobilku ke hotel yang tersebut dalam SMS. AKu memarkir mobol di
tempat tersembunyi dan langsung ke kamar 612. Ku tekan bell. Mertuaku
tersenyum menyambutku.
"Kita perbaiki konde mama, ya," kataku.
"Ya...waktu kita singkat. Kita harus segera," katanya. Kami kembali melakukan persetubuhan yang lebih seru lagi.
Mertuaku memang seorang perempuan yang mengerti bermain seks. Luar
biasa. Terlebih dia sangat lihat meliuk-liukkan tubuhnya dengan indah,
bagaikan ular sawah yang sedang birahi.
How to Play Baccarat - Or Better! - Worrione - World's #1
BalasHapusBaccarat is 메리트카지노 one of the most popular card games in the world with more than 80,000 players. worrione The games are played with 8 septcasino teams of five or more players,